_
Aku terpaku diam, sementara pandanganku fokus pada pemuda yang kini berdiri tak jauh dari tempatku berada. Muncul sedikit rasa canggung dan aneh dalam situasi ini, dan menurutku bukan hanya aku saja yang merasakannya. Anak itu sesekali berdiri dan melirik ke arahku, kemudian kembali fokus dengan apa yang sedang ia kerjakan lagi. Jantungku mulai berdetak tak terkendali, Sementara suhu ruangan yang semula dingin kini menjadi sedikit panas hingga badanku terasa gerah meskipun AC masih salam kondisi menyala.
"Apa kau belum mau tidur Phi?" ujarnya sembari sibuk membuka koper. Ia mengeluarkan tshirt berwarna putih dan celana pendek berwarna coklat lalu membawanya menuju kamar mandi lagi untuk berganti.
"Ya? Oh. Ya ak- aku akan segera tidur sebentar lagi." jelasku dengan terbata-bata.
Dia berjalan melewatiku seperti tidak terjadi apapun, aku segera mengalihkan mataku menatap layar Notebook yang sedang ku pegang, meskipun saat ini otakku sama sekali tidak bisa fokus pada apa yang tengah aku kerjakan. Tubuhku menjadi gelisah, aku meletakkan Notebook yang semula ku pegang keatas meja, kemudian berjalan-jalan sebentar di sekitar kamar, mencoba memenangkan diri, sambil menunggu anak itu keluar dari kamar mandi.
"Sudah mau tidur sekarang?"
Suara berat itu kembali terdengar dari arah belakangku. Aku berbalik dan menatap kearahnya dengan canggung. "Ya, aku- aku mau tidur sekarang." ujarku dengan gugup dan langsung menyambar notebook milikku menuju tempat tidur.
"Jangan lupa matikan lampunya"
"Oke"
Aku menarik selimut untuk menutupi separuh tubuhku, sementara anak itu masih sibuk membongkar tas miliknya dan mengeluarkan beberapa barang dari sana. Sesekali dia akan mengeluarkan suara berisik dari barang-barang yang ia coba tata, namun perlahan dia akan mengurangi frekuensinya dan bergerak dengan sangat hati-hati.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Aku sedang menata barang-barangku"
"Apa kau harus melakukannya sekarang?. Ini sudah malam."
"Maaf, apa aku mengganggu? aku sudah mencoba untuk sangat berhati-hati"
"Aku tidak bisa tidur jika lampunya terus menyala. Bisakah kau melakukannya besok pagi?"
"Oh, ya maaf." Suara lembutnya terdengar kemudian ia berjalan menuju tempat tidur kecil di ujung ruangan, sambil membawa kain putih yang ia ambil dari dalam tasnya.
"Mau kemana?"
"aku akan tidur di sana" ujarnya sambil menoleh ke ujung ruangan, ada sebuah ranjang kecil berukuran sedang disana.
"Siapa yang menyuruhmu tidur disana?"
"Ya?"
"Itu tidak nyaman. Ukurannya bahkan lebih pendek dari tubuhmu. Jika kau tidur disana badanmu akan sakit"
"Oh, Tidak masalah Phi, itu cukup untukku"
Aku menatapnya dengan ragu. Bahkan jika dia bisa tidur dimana saja, tetap saja rasanya aneh membiarkan anak itu tidur di ranjang yang sempit. Sementara, tempat tidurku masih memiliki space yang luas untuk aku gunakan sendiri. Aku tidak memikirkan hal lain. Hanya saja, jika dia tidur disana badannya akan sakit. Aku tidak mau mengambil resiko, jika ada masalah itu akan menghambat urusanku selama disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STEP BROTHER, MY LOVER 🔞
FanficKrittin Kitjaruwannakul (TIN) seorang mahasiswa Seni berusia 20 tahun yang tidak pernah merasakan serta mendapat peran serta figur seorang ayah selama hidupnya. sejak ia lahir kedunia, Ia hanya hidup berdua dengan sang ibu yang bahkan saat ini suda...