Aku menatap seseorang yang berjalan menghampiriku. Dia mengenakan t-shirt putih dan melapisinya dengan jaket kulit berwarna hitam, serta jeans yang sama yang pernah ku lihat sebelumnya.Semakin dia berjalan mendekat kearahku, aroma yang sama seperti yang kucium di lobby bar malam itu semakin jelas. Kali ini aku benar-benar yakin jika tidak ada yang salah dengan indra penciumanku. Mataku hanya menatapnya dan tak beralih dari pemuda yang saat ini sudah berdiri tepat di hadapanku.
"Saya Tin, maaf sudah membuat anda menunggu terlalu lama. Jadi, kemana saya harus mengantar anda?" Ujarnya, dan aku masih tidak bergerak sama sekali. Aku masih fokus menatapnya dan mencoba bertarung dengan isi fikiranku sendiri
"Benar, tidak salah. Aku benar-benar mencium aroma lavender dari tubuh pemuda ini. Tapi kenapa hanya dia?" Gumamku dalam hati.
"Namamu Tin?" Aku tidak begitu mendengar jelas apa yang dia katakan sebelumnya, jadi dengan spontan pertanyaan ini keluar dari mulutku.
"Benar, Saya Tin" jawabnya singkat. Aku bisa melihat senyuman yang dia torehkan dari bibir tipisnya.
"Berapa usiamu?" Aku kembali bertanya tentang sesuatu yang sebenarnya aku tidak berniat menanyakannya. Sungguh aku bukan tipikal orang yang berbasa basi, tapi entah kenapa aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri. Aroma lavender yang tercium dari pemuda ini benar-benar menghipnotisku.
Dia memandang dengan tatapan aneh, meskipun akhirnya dia menjawabnya.
"20 tahun" tegasnya lagi. Kemudian berjalan sedikit lebih mendekat kearahku.
Sekarang aku bisa lebih jelas melihat wajahnya. Dia memiliki postur yang sempurna. Tingginya sekitar 180, badannya tegap, dadanya sangat lebar, meskipun badannya tidak terlalu berisi, tapi aku dapat melihat urat-urat yang menjulur dari tangannya. Bibirnya kecil untuk ukuran pria, tapi itu justru membuatnya tampak terlihat manis. Kulitnya bersih untuk seseorang yang tidak terlihat terobsesi dengan penampilan, tapi dia merawat tubuhnya dengan sangat baik.
Aku beranjak dari tempat dudukku dan berjalan menghampirinya. Dia terlihat sangat canggung, aku menghitarinya beberapa kali. Memastikan jika penciumanku tidak salah, dan aku benar-benar mencium aroma lavender dari tubuhnya. Saat berada di belakang, aku reflex mendekatkan hidungku diantara tengkuk leher dan kepalanya. Dan benar, aku memang mencium aroma yang sama, kali ini sangat kuat menusuk hidungku hingga membuat kepalaku terasa sedikit pusing.
"Duduklah" ujarku mempersilahkan duduk di kursi depannya.
Diapun berjalan untuk duduk disana. "Apakah anda belum mau pulang? Saya bisa menunggu di lobby jika anda belum selesai, dan bisa memanggilku ketika anda sudah akan pulang" ujarnya sembari menatap kearahku.
"Tidak, kau bisa menunggu disini"
Setelah bertemu denganmu, aku bahkan tidak tahu apa yang harus aku lakukan, tapi aku senang berada di dekatmu. Aku menyukai aromamu, ini seperti theraphy yang menyembuhkan. ujarku dalam hati."Sebenarnya aku tidak membutuhkan supir untuk mengantarku" lanjuku lagi, mencoba membuatnya merasa nyaman. Atau mungkin ini justru membuatnya merasa sebaliknya. Aku melihat matanya yang menyipit serta kedua alisnya berkerut menatap aneh kearahku.
"Lalu, untuk apa anda memanggil supir kemari jika tidak membutuhkannya?"
"Aku hanya penasaran. Aku pernah melihatmu beberapa waktu lalu di loby bar. Dan itu terus mengusikku"
"Saya? Mengusik anda? Ini pertama kalinya saya melihat anda disini. Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"
Aku hanya memutar mataku sesekali melirik kearahnya "Ya, seperti yang ku katakan, kita bertemu di lobby bar. Kau mungkin tidak mengingatnya. Saat itu kau juga sedang menjemput tamu di bar ini. Aroma yang ku cium dari tubuhmu sangat kuat dan itu mengganggu fikiranku. Aku tidak tahu kenapa aku terus memikirkannya" ujarku lagi. Namun dia terus menatapku dengan bingung dan seketika beranjak dari tempat duduknya. Wajahnya berubah menjadi kesal, atau marah entahlah. Yang jelas aku melihat ketidak puasan melalui tatapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STEP BROTHER, MY LOVER 🔞
FanficKrittin Kitjaruwannakul (TIN) seorang mahasiswa Seni berusia 20 tahun yang tidak pernah merasakan serta mendapat peran serta figur seorang ayah selama hidupnya. sejak ia lahir kedunia, Ia hanya hidup berdua dengan sang ibu yang bahkan saat ini suda...