BAB 1 . Part Time

1.1K 79 2
                                    

"Bu, Tin berangkat dulu, Jangan lupa untuk meminum obatnya ya" Ujarku sesaat sebelum pergi meninggalkan rumah untuk melakukan rutinitas pekerjaanku seperti biasa.

Namaku Pooh Krittin Kitjaruwannakul atau lebih akrab dipanggil Tin. Tahun ini aku memasuki usiaku yang ke 20 tahun, dan aku seorang mahasiswa seni di salah satu universitas seni di kotaku.

Aku tinggal hanya berdua dengan ibuku yang tengah lumpuh akibat komplikasi penyakit yang di deritanya sejak 8 tahun silam. Ibu satu-satunya keluarga yang kumiliki, dan sejak ia di diagnosis menderita komplikasi penyakit jantung hingga kelumpuhan, aku satu-satunya kepala keluarga yang harus bekerja keras untuk biaya hidup kami berdua serta biaya rumah sakit pengobatannya.

Aku sudah mulai bekerja sejak usiaku masih 12 tahun, sebelumnya aku hanya membantu ibuku berjualan dipasar, menjajakan makanan di kedai kecil yang kami miliki. Saat usiaku masih 10 tahun, setiap pulang sekolah aku akan membantunya melayani pelanggan, namun setelah ibu sakit-sakitan hingga lumpuh, ibu terpaksa menjual kedainya. Tabungan yang kami miliki tidak bisa bertahan lama, sehingga hal itu mendorongku untuk bekerja sebagai kuli panggul di sekitar pasar. Awalnya ibu melarangku, namun aku tidak memiliki pilihan.

Sejak saat itu aku mulai mengambil pekerjaan serabutan. Biasa orang-orang memintaku untuk membawa barangnya, mengantarkan pesanan, membersihkan kedai atau apapun selama aku bisa mengerjakannya. Namun, sesibuk apapun aku mengerjakan semua pekerjaan itu, ibu tetap memintaku untuk belajar. baginya Pendidikan tetap menjadi hal yang paling penting.

Ibu masih bisa beraktifitas dibantu dengan kursi roda pada saat itu, beliau juga masih bisa bekerja dirumah, membuat pesanan kue atau apapun karena tidak tega melihatku bekerja seorang diri di usiaku yang bisa di bilang masih sangat muda. Hal itu berlangsung kurang lebih 6 tahun, hingga tak terasa aku sudah menyelesaikan pendidikan ku di tingkat sekolah menengah atas.

Aku sempat menunda pendidikanku selama 1 tahun karena keterbatasan biaya, dan saat itu ibu sempat mengalami komplikasi jantung yang mengharuskannya untuk di oprasi. Puji tuhan ia masih diberikan panjang umur hingga detik ini dan menjadi satu-satunya teman hidup yang aku miliki. Aku sangat menyayanginya,sangat sangat sangat menyayanginya. Alasan aku berjuang sampai detik ini adalah karena ibu, dan mungkin aku akan mendedikasihan hidupku hanya untuk berbakti padanya.

Tidak mudah memang, selama satu tahun aku bekerja seperti orang gila, mengerjakan semua hal guna mendapatkan uang untuk biaya oprasi, selain itu pesan ibu yang ku ingat aku harus keperguruan tinggi, sementara kondisi keuangan kami sangat tidak memungkinkan. Sambil bekerja aku memikirkan apa yang harus aku lakukan agar aku bisa menghasilkan uang, tetapi aku tidak meninggalkan pendidikanku, dan pilihan yang aku ambil adalah seni. Pertimbangan yang kumiliki saat itu adalah aku akan punya lebih banyak waktu untuk bekerja, dan keterampilanku juga bisa langsung aku gunakan untuk mendapatkan uang juga. Cukup bodoh bukan? tapi kondisiku saat itu membuatku berfikir demikian.

Saat ini, biasanya aku akan mulai bekerja dari jam 3 pagi sampai 11 malam, aku melakukan semua pekerjaan kasar mulai dari kuli angkutan, pengantar makanan, Part time di Cafe, ojek onlin, kurir, atau apapun selama itu bisa menghasilkan uang.

Jika ada yang bertanya bagaimana aku membagi waktu antara kuliah dan juga pekerjaanku saat ini, sangat sulit menjelaskannya. Tapi ini sudah seperti rutinitas yang menjadi kebiasaan sehingga saat ini aku bisa mengerjakan semuanya, meskipun sangat sulit pada awalnya.
Aku mengambil part time ketika aku tidak memiliki jadwal mata kuliah, biasanya dalam satu hari aku bisa mengerjakan 3 sampai 4 pekerjaan, dari satu tempat ke tempat lain, dan hanya tidur sekitar 3 sampai 4 jam setiap harinya.
Cukup berat pada awalnya, tapi aku sudah sangat menikmatinya saat ini.

MY STEP BROTHER, MY LOVER 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang