Sudah satu minggu sejak anak itu datang ke apartemenku dan kami bicara tentang kerjasama. Namun sampai detik ini dia tidak menghubungiku lagi. Rumahnya juga kosong, dan dia juga tidak datang ke kampus.
Aku sudah berulang kali mencoba menghubunginya, tapi tetap tidak ada jawaban. Pesanku juga di abaikan seperti dia menghilang begitu saja.
Bukankah seharusnya dia memberiku kabar? Entah dia menolak atau menerimanya, tidakkah seharusnya dia menghubungiku?. Bukankah itu bagian dari kesopanan terhadap orang lain?, jadi dia tidak membiarkan orang lain menunggunya terlalu lama.
Aku duduk di ruanganku sembari menatap layar ponsel yang sejak tadi tak lepas dari tanganku. Setiap kali notif berbunyi aku bergegas melihatnya, berharap itu dari seseorang yang ku nanti.
"Dia memintaku menunggu, tapi sekalipun dia tidak muncul"
"Apa dia menolak?"
"Ini sudah satu minggu, dan dia bahkan tidak menghubungiku sama sekali."
*tok tok tok*
Suara ketukan pintu seseorang dari luar membuyarka lamunanku. Aku meletakkan ponselku keatas meja, kemudian mempersilahkan orang diluar untuk masuk.
"Ada apa?" Seruku dengan nada datar pada orang yang kini berdiri di depan meja kerjaku.
"Mr. Albert ingin memajukan meeting menjadi pukul 11:00 siang ini, apakah saya harus menolak atau menerimanya? Karena jam 14:00 dia ada pertemuan dengan perdana mentri" jelas Ping, sekretarisku.
Aku mendernyitkan dahiku sekilas kemudian menatapnya serta beranjak dari tempat dudukku.
"Baiklah. Aku tidak memiliki janji berarti." Jawabku lagi
Ping hanya mengangguk kemudian undur diri dari hadapanku.
"Ping!" Seruku sesaat sebelum ping keluar dari ruangan.
"Iya tuan Naret? Apakah ada hal lain?"
"Apakah sudah ada kabar tentang pemuda itu?"
"Pemuda?. Oh, maksut anda Tin? Orang suruhan kita sedang menyelidikinya tuan. Karena rumahnya kosong dan bahkan dia tidak datang ke kampus, saya kira butuh sedikit waktu untuk dapat melacaknya. Sejauh ini, teman-temannya yang saya hubungi juga tidak mengetahui dimana keberadaannya."
Aku memalingkan pandanganku keluar gedung, Dan hanya menatap kosong tanpa tujuan.
"Baiklah. Beritahu aku jika sudah ada kabar darinya" jelasku lagi, dan kemudian mempersilahkan Ping untuk kembali ke ruangannya.
Aku masih tidak bisa menghilangkan pemuda itu dari kepalaku. Bayangan dari aroma menarik yang kemudian menarikku pada kondisi saat ini benar-benar membuatku kehilangan kendali atas diriku sendiri.
Ini bukan suatu hal yang bisa ku kendalikan seperti halnya ketika aku menginginkan mainan dan sesudahnya akan ku biarkan begitu saja. Dia benar-benar special bahkan dalam arti yang tak bisa ku jelaskan. Bukan berarti aku menyukainya juga, aku sendiri tidak bisa menjelaskan dengan bahasa yang bisa kupahami. Rasanya sangat aneh, ketika aku menginginkan sesuatu sekuat ini, tapi aku bahkan tidak bisa membawanya dekat padaku.**
-
-
-
Ponselku berdering ketika aku tengah menikmati sarapanku. Aku hanya menatap layar dengan malas karena dari sudut mata aku bisa mengetahui siapa yang berada dibalik panggilan itu. Aku hanya bisa menghela nafasku setiap kali nomer itu mencoba menghubungiku lagi. Jika aku tidak mengangkatnya, dia tidak akan berhenti.
"Halo"
"Ini kakek"
"Ya, kakek tidak perlu mengatakannya, aku tahu. Namamu muncul sangat besar dilayar ponselku."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STEP BROTHER, MY LOVER 🔞
FanficKrittin Kitjaruwannakul (TIN) seorang mahasiswa Seni berusia 20 tahun yang tidak pernah merasakan serta mendapat peran serta figur seorang ayah selama hidupnya. sejak ia lahir kedunia, Ia hanya hidup berdua dengan sang ibu yang bahkan saat ini suda...