17::Mantra Ajaib

11 2 0
                                    

AYUU DI FOLLOW DULU SEBELUM BACA. TINGGAL BEBERAPA BAB LAGI HABIS ITU TAMAT AYUU DI FOLLOW BIAR MAMAH KU BANGGA. WKWKWKWK

HAPPY READING

TANDAI TYPO!!!

DUK!!

"Akh!" ringis Alin saat merasakan kepalanya terhantam sesuatu.

"Lo mau maafin segitu? Pikir Karen! Dia yang buat Lo hampir mati!" teriak pemuda itu dengan pandangan tidak suka.

"Gw udah bales dendam, apa lagi yang harus gw bales dendam?" tanya karen dengan pandangan tajam.

"Bego! Lo harus bales dendam gw!" balas orang itu dengan mengarahkan pistolnya ke arah dagu langit.

"LO GILAAA!! SIALAN! LEPASIN PISTOL LO ITU!" teriak Alin histeris dengan meminta ampun.

"Gw mohon hentikan!" isak Karen dengan menunduk. Ia bingung apa yang harus ia lakukan?

"Hentikan? Gw lebih suka liat Lo saat jadi cacing kepanasan di bawah gw!"

"Brengsek!"

Plak!!

Khail menyentuh pipinya yang baru saja di tampar oleh haikal.

"Lo apa-apaan?! Pergi! Sebelum Lo dalam bahaya!!"

"Pergi Lo semua!"

"Kal? Lo serius? Kal? Gw---"

"PERGI GW BILANG!!!"

Brakk

Karen menatap pintu yang baru saja di tutup dengan kasar dan itu pelakunya adalah Haikal sendiri.

Haikal mengorbankan nyawanya untuk mereka. Mereka semua menangis. Jadi, di dalam sini ia harus mengorbankan satu nyawa untuk keluar dari rumah neraka ini.

"Gw yang bakal ngelawan Lo semua pergi, gw yang buat permainan ini, jadi Lo semua pergi!"

Langit menggenggam tangan halus milik Karen. "Kita semua kesini bareng-bareng dan, Lo gak boleh pergi sendiri!"

Tatapan tulus itu membuat dada Karen sedikit nyeri. "Gw janji! Gw bakal kembali kembali ke kalian dengan selamat! Lo ingat kan? Gw yang bisa akhirin! Lo pergi!"

Langit tetap kukuh pada pendiriannya ia tak mau meninggalkan karen seorang diri.

"Gw mohon! Bawa buku ini," karen menyerahkan buku berwarna hitam di hiasi dengan bunga berwarna biru yang sangat cantik.

"Pas gw udah masuk! Lo semua pergi, dan gw bakal hidupin handphone dan telpon Lo. Terus Lo baca buku ini gw, mohon," mohon Karen sambil memberikan rencana.

"Ok," usul langit mulai menjauh dari pintu berwarna putih itu dengan pandangan tidak rela.

"Say good bye, semua," Karen memberikan senyuman lirihnya sebelum bener-bener masuk.

Drtt

Drttt

Langit mengangkat telpon itu. Karen yang menelponnya.

Mysterious SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang