Bab V

1K 148 29
                                    

Doyoung sangat berterima kasih pada pelayan yang datang mengantar pesanan, hingga ia tidak perlu menjawab pertanyaan Haruto yang lebih mirip dengan tuduhan.

Tangannya bergerak cepat meraih dua potong ayam dari atas piring, mulai memakan yang satunya dan yang satu lagi ia letakkan tepat di depan bibir Haruto.

"Makan Pak, saya traktir." Ucap Doyoung, membuat Haruto tertawa sambil mengunyah ayam yang padahal bukan miliknya.

"Bapak emang biasa ya makan di sini?" Doyoung bertanya lebih dulu, berusaha mengalihkan pembicaraan mereka karena ia takut Haruto marah atau menuntutnya jika terus mengingat hal memalukan tempo hari.

"Iya, ini kedai ayam langganan saya." Jawab Haruto, mengikuti alur yang Doyoung bawa karena tidak tega dengan kondisi karyawannya yang nampak gelisah. "Anyway, kalau lagi di luar gini panggil saya Haruto aja. Jangan bapak, nanti saya dikira bapakmu beneran."

"Nggak mau, lagian tuaan bapak kan, saya cuma berusaha sopan." Tolak Doyoung dengan nada bicara formal.

"Yaudah panggil Kak, Kak Haruto."

Doyoung hampir memuntahkan makanannya kalau saja ia tidak meraih air minum dari atas meja, menelan semua yang ada di mulut sebelum menjawab kalimat asal atasannya.

"Gak mau."

"Yaudah Mas, Mas Haru." Ledek Haruto lagi, karena sumpah demi apapun yang ada di dunia, ekspresi Doyoung sangat lucu sekarang.

"Apa sih bapak saya tendang ya?" Ancam Doyoung agar Haruto berhenti bermain-main.

Namun Haruto tentu tidak gentar sama sekali, ia meletakkan ayam yang ada di tangannya lalu menggeser kursi agar duduk lebih dekat dengan Doyoung.

Doyoung sedikit mundur saat tubuh Haruto ikut maju, mendekat ke arahnya.

"Jangan ditendang, gimana kalau kamu cium saya lagi aja?"

Siapapun tolong bawa Doyoung lari, ia berharap lantai yang ada di bawahnya terbuka lalu menelan tubuhnya agar ia tidak lagi berhadapan dengan atasan anehnya ini.

"Bapak, saya minta maaf." Doyoung akhirnya bicara, "Saya... saya beneran gak maksud cium bapak waktu itu. Saya mabuk, saya gak sadar sama tingkah saya." Ucap Doyoung dengan kedua tangan terkepal di depan wajah, berusaha meminta ampunan Haruto.

Netranya berkaca-kaca, mungkin Haruto hanya menunggu waktu yang tepat untuk memecatnya karena salahnya sangat fatal dan tidak bisa dimaafkan.

Namun air mata Doyoung yang nyaris jatuh justru mengering dengan cepat saat melihat Haruto yang malah tertawa terbahak-bahak.

"Kenapa? Kamu takut saya pecat ya?" Tanya Haruto setelah tawanya mereda, dan Doyoung mengangguk pelan dengan raut kebingungan.

"Tenang, saya gak akan menyalahgunakan kekuasaan dengan pecat karyawan tanpa alasan yang jelas, lagian gak ada bukti kan kamu cium saya waktu itu? Kecuali ingatan di kepala kamu yang kecil ini?"

Doyoung refleks menutup mata saat tangan Haruto kembali berada di atas kepalanya, mengusapnya pelan dan menepuknya lembut berulang kali.

Darahnya berdesir, jantung juga berdegup lebih cepat dibanding biasanya. Doyoung membuka mata, walau biasanya ia langsung menjauh saat Haruto berada terlalu dekat, namun kali ini berbeda. Doyoung membuka matanya lebar-lebar, menatap lamat-lamat wajah Haruto yang tersenyum ramah ke arahnya.

Tunggu, perasaan apa ini?

"Di luar hujan dan tempat ini udah mau tutup, mau saya pinjemin payung sama pemilik restoran?"

Manik Doyoung mengerjap berulang kali, berusaha mengumpulkan kesadaran yang sepertinya menguap seiring dengan tatapannya ke Haruto beberapa detik lalu.

"Hah?" Tanya Doyoung, masih mencerna kalimat yang sebelumnya Haruto ucap.

Come To Me [Harubby]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang