Bab IX

1K 145 18
                                    

Biasanya Doyoung selalu memiliki cara untuk membalas apapun ucapan atasannya, namun kali ini sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak padanya karena ia tidak memiliki kalimat apapun untuk membuat Haruto setidaknya diam dan berhenti mengganggunya.

"Kenapa? Kok diem? Omongan saya bener kan?" Tanya Haruto lagi, Doyoung meneguk ludah sebelum menutup mata dan menarik napas dalam.

"Aduh." Protes Haruto ketika Doyoung tiba-tiba menginjak kakinya dengan kuat.

"Duh, Bapak maaf saya gak sengaja." Ucap Doyoung dengan nada penuh penyesalan, saat Haruto menunduk dan mengusap kakinya sendiri, ia mengambil kesempatan untuk lari dari sana, meninggalkan bosnya yang masih mengeluh kesakitan sendirian.

Terserah setelah ini ia akan dipecat atau apa, karena yang paling penting Doyoung bisa kabur sebab jika ia berada lebih lama bersama Haruto hanya berdua, dirinya yakin akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

"Abis darimana?" Tanya Mashiho saat melihat Doyoung yang berlari ke meja kerjanya, yang ditanya hanya menggeleng lalu menyalakan monitor di depan dan mulai mengerjakan apapun yang ia bisa, berusaha melupakan kejadian memalukan bersama Haruto barusan.

Waktu berlalu dengan cepat karena Doyoung terlalu fokus mengerjakan semua tugasnya, tanpa menyadari bahwa Mashiho yang duduk di sebrangnya sudah mulai bersiap untuk pulang.

Pekerjaan Doyoung untuk tiga hari ke depan ternyata selesai hanya dalam waktu enam jam, terima kasih atas peran Haruto yang membuatnya berusaha mengalihkan pikiran, setidaknya kejadian itu dapat menguntungkan.

Seperti biasa, Doyoung pulang dengan berjalan kaki ke rumah. Langit masih cukup cerah dan jalanan belum terlalu dipadati kendaraan, ia menyapa beberapa karyawan yang dirinya kenal selama perjalanan keluar kantor, berusaha memberi kesan ramah pada semua orang.

Baru satu bulan ia bekerja, tapi rasanya sudah banyak hal-hal mengejutkan yang terjadi di hidupnya, semua berkat Haruto dan tingkah konyolnya yang nampak menjadi-jadi tiap harinya.

Bayangkan saja, Doyoung sudah berciuman dua kali dengan atasannya sendiri yang katanya sudah mempunyai calon istri.

Jika karyawan lain tahu, Doyoung pasti akan dicap sebagai simpanan bos yang bertahan di tempat kerja karena menggoda atasannya, persis seperti apa yang ia lihat di drama-drama.

"Hayo, mikirin saya ya?"

Jantung Doyoung hampir lepas dari tempatnya begitu mendengar suara yang sangat familiar, Haruto kini berjalan dengan santai tepat di sampingnya.

Apa atasannya ini mempunyai kemampuan berteleportasi? Karena seingat Doyoung, ia tidak melihat Haruto di sekitar kantor setelah kejadian siang tadi.

"Jangan bengong gitu, saya tau saya ganteng."

Kali ini Doyoung memutar mata sebelum kembali melangkah, tidak memedulikan Haruto yang terus mengoceh di sebelah.

"Kaki saya sakit gara-gara kamu." Ucap Haruto, berusaha mencuri atensi.

Namun tidak berhasil karena sumpah, Doyoung tidak peduli. Ia tahu Haruto membual sebab langkahnya yang justru lebih semangat dibandingkan dirinya.

"Ya terus, kenapa Bapak malah jalan kaki? Kemana supir sama mobil Bapak yang keren itu?"

"Dia sibuk anter calon istri saya pulang ke rumahnya." Jawab Haruto asal, diiringi dengan senyum jahil karena raut Doyoung yang seketika berubah.

"Kenapa Bapak gak ikut aja? Kenapa milih buat jalan kaki buat pulang gini bareng saya?"

"Saya gak ada niat buat bareng kamu? Apartemen kita ada di komplek yang sama dan ini jalan satu-satunya yang bisa kita pakai pulang ke rumah."

Doyoung berdecak kesal sebelum mempercepat langkah, kembali mengabaikan Haruto yang masih tetap berjalan di sampingnya.

Come To Me [Harubby]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang