Haruto tidak bohong saat berkata bahwa ia tidak tahu harus melakukan apa, Doyoung pingsan di ruangannya dan ia masih tetap diam bahkan hingga dengkuran halus keluar dari mulutnya.
Dengan kedua tangan, Haruto mengangkat tubuh Doyoung dan memindahkannya ke sofa yang ada di sudut ruangan. Ukurannya cukup besar karena ia juga sering beristirahat di sana jika ingin tidur siang.
Setelah memastikan Doyoung berbaring dengan nyaman, Haruto berjongkok di sampingnya, mengusap kening yang lebih kecil dan disambut dengan sensasi panas karena suhu tubuhnya. Ini pasti karena tadi malam Doyoung bersikeras untuk menerobos hujan dan tidak langsung berganti pakaian ketika sampai di hunian.
Haruto masih fokus menatap wajah Doyoung sampai tiba-tiba rintihan pelan keluar dari mulutnya, diiringi dengan kedua alis yang bertaut menandakan bahwa ia sedang kesakitan.
Benar, Doyoung sedang sakit dan ia butuh perawatan sekarang. Namun bagaimana cara Haruto membawanya keluar dari sini tanpa menimbulkan keributan?
Atau haruskah ia panggil Dokter pribadi keluarganya? Tetapi itu justru membuat Haruto terlihat sebagai atasan yang jahat karena membiarkan karyawannya bekerja hingga pingsan.
Setelah berpikir beberapa saat, Haruto meraih ponselnya dari atas meja kerja, menghubungi satu nomor yang sudah pasti akan membantunya tanpa berpikir yang tidak-tidak.
"Dokter Hamada, bisa ke kantor saya sekarang? I did terrible things and I need your help."
"Kim Doyoung?" Adalah kalimat pertama yang Asahi ucap begitu ia masuk ke dalam ruangan Haruto, dan malah menemukan sosok familiar yang tengah terbaring dengan kening tertutup handuk kecil.
"Dokter kenal?" Tanya Haruto heran.
"He's my friend, my old friend from college. Inget pas saya terpaksa undur appointment karena temen saya butuh bantuan? It was him."
Tadinya Haruto ingin bertanya lebih banyak, namun ia mengurungkan niat karena sekarang mereka harus fokus dengan Doyoung yang masih belum sadarkan diri.
Doyoung tertidur karena demam, bukan pingsan. Haruto hanya tidak tahu perbedaannya.
"Dia yang sakit dan bikin kamu nyuruh saya datang jauh-jauh dari Itaewon ke sini?" Tanya Asahi sambil meletakkan beberapa barang yang Haruto titip.
Sebenarnya Asahi enggan datang, tetapi ia takut sesuatu terjadi pada Haruto karena nada suaranya yang panik saat menelepon tadi. Dan Asahi juga takut Haruto melakukan hal buruk pada orang lain di luar kendali.
Haruto mengangguk, ia melepas kompresan dari kening Doyoung lalu memasukkannya ke dalam mangkuk berisi air hangat, sebelum kembali meletakannya ke atas kening yang lebih kecil.
"Bener kan? Saya kompres pakai air hangat sesuai sama yang kamu bilang." Tanya Haruto saat Asahi hanya diam sambil memperhatikan gerak-geriknya.
"Kenapa kamu gak bawa dia ke rumah sakit?"
"Dan berujung pingsan karena dateng ke tempat itu? Bisa anjlok reputasi saya."
Asahi tertawa lalu berjongkok di samping sofa tempat Doyoung berbaring, menempelkan punggung tangan ke atas kulit lehernya dan akhirnya bernapas lega saat tahu bahwa suhu tubuh Doyoung sudah tidak terlalu tinggi.
"Doyoung..." Panggil Asahi dengan suara pelan karena ia tahu bahwa Doyoung tidak pingsan, Haruto hanya sedikit bodoh karena tidak tahu perbedaannya.
Dan Doyoung mulai membuka mata saat mendengar suara yang familiar, ia cukup terkejut saat melihat sosok Haruto di sampingnya dan lebih terkejut lagi ketika menyadari bahwa ada Asahi juga di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To Me [Harubby]✔️
Fiksi PenggemarAt a high-powered office, Kim Doyoung, the model employee, meet Watanabe Haruto, the CEO's son. From hilarious pranks to unexpected teamwork, sparks fly. Will their professional rivalry turn into an office romance, proving that love and deadlines ca...