Bab III

976 149 21
                                    

Begitu sampai di apartemen, Doyoung langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, berganti pakaian serta menggunakan pelembab ke wajahnya yang entah kenapa terasa tidak nyaman.

Apa karena telunjuk Haruto baru saja mendarat di sana? Dan bukankah harusnya Doyoung protes tadi? Karena bosnya sendiri baru saja menyentuhnya tanpa persetujuan sama sekali.

Kalau bukan Doyoung yang tengah berada di mobilnya, ia pasti sudah menendang Haruto karena memegang wajahnya tanpa izin.

Tetapi bisa saja Doyoung justru dilaporkan ke polisi karena sikapnya yang kurang ajar, karena mau bagaimanapun, Haruto tetap atasannya.

Netranya menatap pantulan wajahnya di cermin dan terkejut karena kedua pipinya malah memerah.

Ia salah tingkah? Karena sikap kurang ajar bosnya? Kim Doyoung, di mana harga diri anda?

Doyoung menggeleng kuat sebelum berjalan keluar dari kamar mandi, melangkah menuju kasur yang nampak sudah memanggil namanya sejak tadi.

Meskipun besok akhir pekan, ia tidak berniat begadang malam ini karena besok dirinya harus pergi ke tempat yang sudah diidamkan sejak hari pertama ia menginjakkan kaki di Seoul.

Terima kasih atas bonus yang Haruto beri, Doyoung tidak perlu mengandalkan gaji hanya untuk menghabiskan uang di bar terdekat dari apartemen.

Karena Doyoung tahu, jika ia datang di akhir bulan, bar itu pasti dipenuhi oleh para budak korporat yang sama-sama depresi.

Namun sial memang terus menghampiri, karena dibanding karyawan biasa, yang duduk di kursi tinggi depan bar justru bosnya sendiri.

"Kim Doyoung?" Tanya Haruto, atensinya teralihkan dari ayam goreng yang sedang ia makan.

Orang gila mana yang mengonsumsi ayam goreng di bar pukul sebelas malam? Pikir Doyoung dalam hati.

"Bapak ngapain di sini?" Doyoung balik bertanya setelah memesan minuman dari barista yang menyambutnya di depan.

"Nyangkul."

Lucu sekali, ia pikir Doyoung akan tertawa dengan candaan buruknya?

"Emang bar ini jual ayam?" Doyoung kembali bertanya tanpa menghiraukan jawaban Haruto sebelumnya.

Haruto menggeleng lalu menggeser tray yang masih berisi beberapa potong ayam goreng, "Saya beli di kedai yang waktu itu, kamu mau?" Tawarnya, dan Doyoung malah menggeleng.

Ia ingin mabuk berat malam ini, perutnya harus terisi minuman keras, bukan malah ayam berbumbu yang jika dilihat dari visualnya, ternyata cukup menggoda.

"Kamu sendirian?" Tanya Haruto.

Doyoung menenggak minumannya yang baru datang sebelum menjawab pertanyaan, "Iya, tapi sekarang sih sama Bapak."

"Uang kamu ternyata banyak juga ya, belum gajian tapi udah main ke sini." 

"Loh, saya kan punya side job." Doyoung membela diri.

Dan Haruto malah tertawa, mengingat fakta bahwa ia menghabiskan jutaan won hanya untuk bicara dengan Doyoung di tiap jam pulang kerja.

"Berarti harusnya kamu berterima kasih sama saya."

"Salah, saya harusnya berterima kasih sama otak saya yang keren ini, udah berhasil ngingat ratusan nama karyawan selama lima hari."

Ini yang membuat Doyoung menarik di mata Haruto, sejak hari pertama, ia tidak pernah mau mengalah. Menjawab semua ucapan Haruto dengan kalimat yang menurutnya benar.

"Yaudah kalau gitu, malam ini kamu boleh minum sepuasnya, saya yang bayar." Ucap Haruto sambil mengunyah ayam goreng kesukaannya.

Doyoung tersenyum penuh arti, ia menenggak habis minuman yang ada di gelas lalu memesan menu paling mahal.

Come To Me [Harubby]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang