Bab VII

1.3K 174 31
                                    

"Besok gak perlu ngantor dulu, atasan kamu juga udah kasih izin buat cuti minggu ini." Ucap Asahi begitu mereka sampai ke kediaman Doyoung.

Doyoung hanya mengangguk, ia berbaring di atas sofa ruang tamu sambil terus memikirkan kejadian aneh yang menimpanya akhir-akhir ini.

Pingsan di depan atasannya sendiri? Diurus dengan baik meskipun Haruto tahu bahwa Doyoung selalu bersikap kurang ajar di depannya? Siapapun pasti berpikir kalau mereka berdua punya hubungan lebih dari sekadar bos dan karyawan jika melihat bagaimana Haruto mengurusnya hari ini.

Asahi sibuk membereskan beberapa peralatan makan yang berantakan di dapur, dan Doyoung nyaris terlelap sampai tiba-tiba ponselnya bergetar beberapa kali, menandakan pesan masuk yang Doyoung tahu siapa pengirimnya.

"Jangan terlalu maksain diri buat kerja."
"Kamu libur juga kantor ini gak akan bangkrut."
"Jangan lupa diminum obatnya."

Haruskah Doyoung blokir kontak Haruto agar ia tidak lagi mengirim pesan-pesan aneh seperti ini? Tidak, Doyoung bukannya tidak suka. Tentu ia suka jika Haruto memperlakukannya dengan baik, dan dirinya tidak mungkin mencium orang yang tidak menarik perhatiannya sama sekali.

Kejadian malam itu, Doyoung mengingatnya walau samar. Walau ia tidak berniat mencium atasannya tepat di bibir, anggaplah tujuannya meleset karena sebenarnya ia hanya ingin mencium pipi Haruto.

Alasan.

"Kamu suka ya sama atasanmu?" 

Suara Asahi mengagetkan Doyoung dari lamunan sesaatnya, ia seketika bangun untuk duduk di atas sofa dan menatap sahabatnya yang duduk di sisi berlawanan.

"Nggak. Dapet kesimpulan dari mana coba?" Protesnya tidak terima.

Asahi tertawa, ia menyodorkan segelas teh hangat ke arah Doyoung. "Suka juga gapapa, gak ada yang ngelarang." Lanjutnya lagi.

Doyoung hanya mendengus tanpa berniat menanggapi. Asahi adalah psikolog dan berdebat dengan orang yang biasa menghadapi orang lain dengan banyak bicara jelas bukan pilihan yang tepat.

Sebab jika Doyoung salah bicara, Asahi tentu akan dengan mudah membacanya bak buku yang terbuka.

"Kayaknya dia udah suka duluan sama kamu." 

"Tau darimana? Kamu baru sekali ketemu atasanku."

Asahi hanya mengangkat bahu dan tersenyum penuh arti, ia meraih tas miliknya yang diletakkan di kursi lalu berjalan menuju pintu keluar.

"Aku masih ada janji sore ini, maaf gak bisa nemenin kamu. Kalau ada apa-apa telepon aku aja, atau hubungin atasanmu, katanya dia tinggal di sekitar sini?"

Bahkan sampai Asahi keluar dari unit, agenda meledek pemilik rumah tetap tidak berhenti. Doyoung tentu tidak menanggapi karena sekali lagi, ia sedang tidak ingin mengadakan sesi konsultasi.

Suhu tubuhnya sudah turun, Doyoung juga tidak lagi merasakan pusing seperti di kantor tadi. Netranya melirik jam yang tergantung di dinding, terlalu dini untuk tidur dan ia pasti akan terbangun tengah malam nanti.

Dan ia memutuskan untuk mengganti pakaian lalu kembali berbaring di atas sofa ruang tengah, menonton tayangan yang tidak menarik perhatian karena pikirannya kembali melayang ke kantor, tepatnya ke atasannya sendiri.

Tunggu, Doyoung belum membalas pesannya sejak tadi!

Ia meraih ponsel yang ada di atas meja, berpikir sebentar lalu mengetik balasan yang tidak terlalu formal namun tidak kurang ajar juga.

"Makasih Pak, saya libur sampai gajian nanti gapapa kan?"

Tidak sampai satu menit kemudian, pesan baru masuk ke ponselnya.

Come To Me [Harubby]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang