Bab XII

929 130 27
                                    

Setelah adegan penuh drama di mobil Haruto malam itu, mereka makin terlihat dekat tiap harinya. Namun, Doyoung masih sedikit menjaga batasan karena ia tidak ingin dianggap sebagai karyawan murahan yang mendekati bosnya meski tidak memiliki hubungan.

Doyoung sangat ingin bertanya tentang alasan di balik semua sikap Haruto, namun dirinya memilih diam, lagi-lagi karena tidak ingin dilihat sebagai orang yang paling agresif di hubungan ini.

Para karyawan tidak lagi terkejut saat melihat atasan mereka justru duduk di kafetaria saat jam makan siang, berbaur dengan seluruh staff lain namun dengan meja yang selalu sama tiap harinya.

Kursi kosong sebelah Doyoung.

Bahkan Mashiho dan Junghwan yang setiap hari berada di seberang keduanya beranggapan kalau hubungan mereka pasti sudah berubah ke tahap yang lebih serius sejak kejadian akhir pekan lalu.

"Denger-denger ada doorprize kejutan ya pak buat lomba besok?" Tanya Mashiho tanpa basa-basi.

"Kata siapa?" Haruto balik bertanya sambil meletakkan beberapa potong daging di atas nampan Doyoung yang diambil dari miliknya.

"Kata Pak Hyunsuk, dia bilang bapak kasih sumbangan buat hadiah." 

"Iya, saya nyumbang dishwasher.

Doyoung yang tengah mengunyah makanan seketika tersedak mendengar jawaban atasannya, Haruto buru-buru meraih botol air mineral dan memberikannya pada Doyoung. "Pelan-pelan makannya." Ucapnya sambil mengusap punggung yang lebih kecil.

"Dishwasher?" Tanya Doyoung setelah makanan yang ada di mulutnya akhirnya dapat ditelan.

"Iya, kenapa?"

"Dishwasher yang kayak di tempat kamu?" Tanya Doyoung lagi.

Pertanyaan itu membuat Junghwan dan Mashiho yang duduk di seberang mereka ikut terperanjat, bukan soal Haruto yang membeli mesin mahal untuk hadiah gathering esok hari, namun karena berarti Doyoung pernah datang ke kediaman atasannya sendiri sebelum ini?

Tetapi pasangan yang masih berbincang di depan mereka sama sekali tidak menyadari, dua orang itu justru kembali bicara tanpa memedulikan reaksi orang lain yang mendengar percakapan keduanya.

Jatuh cinta memang selalu membuat dunia hanya serasa milik berdua.

Obrolan mereka berakhir ketika jam menunjukkan pukul satu siang, keempat orang itu berpisah untuk kembali bekerja di kursinya masing-masing, sementara Haruto naik sendirian ke ruangannya yang ada di lantai tiga puluh.

Seperti biasa, begitu sore hari tiba, Doyoung pulang ke rumah dengan Haruto yang ikut berjalan kaki di sampingnya. 

Awalnya Haruto menawarkan untuk menaiki mobilnya saja, namun Doyoung menolak karena jarak dari kantor menuju rumah tidak terlalu jauh, dan berjalan kaki tentu akan lebih menyenangkan karena mereka memiliki lebih banyak waktu bersama.

"Besok mau naik mobilku aja, gak?" Tanya Haruto sambil terus mengusap tangan Doyoung yang ada di genggamannya.

"Nggak deh, gak enak juga kalau ketahuan sama yang lain."

Haruto mengangguk setuju, ucapan Doyoung memang ada benarnya.

"Gak bisa berangkat bareng, dong?" Tanya Haruto lagi.

Doyoung nampak berpikir sebentar sebelum menjawab, "Gimana kalau kamu aja yang naik bus bareng aku dan karyawan lain?"

Meski sempat berpikir bahwa Haruto akan menolak idenya mentah-mentah, Doyoung justru terkejut ketika Haruto dengan mudahnya mengangguk, tanda bahwa ia setuju dengan usulnya.

Come To Me [Harubby]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang