Bab IV

960 142 16
                                    

Untungnya Doyoung tidak harus pergi ke kantor hari ini, karena ia baru bangun ketika matahari nyaris terbenam. Dirinya mendesis pelan ketika merasa nyeri di kepala, setelah menghabiskan belasan botol minuman keras, manusia normal mana yang masih baik-baik saja?

Setelah memesan makanan lewat aplikasi, ia berjalan menuju kamar mandi. Tidak berniat mandi, hanya membersihkan wajah dan menggosok gigi karena baru sadar bahwa telapak tangannya terluka entah karena apa.

Dua puluh menit kemudian makanan datang, Doyoung menyalakan lampu unit apartemen dan duduk di lantai depan televisi. Sambil sesekali meniup makanan yang panas, ia membuka ponsel dan memeriksa beberapa pesan masuk.

Dan dirinya terkejut saat melihat nama Haruto di layar, bosnya mengirim pesan, berkata bahwa mulai besok Doyoung tidak perlu menyetor nama karyawan seperti biasa.

Kapan pertemuan terakhirnya dengan Haruto? Apa Doyoung melakukan hal aneh tadi malam? Dan bukankah mereka berpisah ketika Haruto memutuskan untuk pulang terlebih dulu?

Namun dibanding berpikir lebih jauh, Doyoung memilih untuk tidak peduli. Karena seharusnya ia bersyukur, dirinya tidak perlu lagi menghabiskan waktu lebih banyak di kantor dan pulang tepat waktu.

Walau penghasilan tambahannya berhenti, tetapi setidaknya Doyoung tidak harus melihat wajah Haruto bahkan setelah pukul enam sore. Ia sedikit muak terus berurusan dengan atasannya itu.


Hari senin pagi, ketika orang lain berdesakan di dalam transportasi umum menuju tempat kerja, Doyoung bersyukur karena dirinya hanya harus berjalan kaki menuju kantor yang letaknya tidak terlalu jauh dari apartemen.

Pagi ini cuaca cukup cerah, meski angin yang berhembus cukup kencang karena sebentar lagi akan memasuki musim dingin, namun Doyoung tidak terganggu karena ia sudah memakai coat tebal untuk menutupi pakaian kerjanya.

Ia disambut dengan satpam yang berjaga di depan, menunduk sopan dan berjalan menuju barisan lift yang ada di sudut ruangan.

Cuaca bagus ternyata membuat moodnya ikut naik, atau ia bahagia karena Haruto berhenti mengganggunya? Entahlah, Doyoung hanya ingin menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat hari ini dan kembali ke rumah untuk menonton series kesukaannya lagi.

Bahkan Mashiho bingung dengan tingkah teman satu divisinya pagi ini, bisakah karakter orang lain berubah hanya dalam waktu dua hari?

"Senyam senyum terus." Ucap Mashiho sambil meletakkan kopi panas di atas meja Doyoung.

"Thank you." Ujar Doyoung, ia meraih gelas kertas itu lalu meniup isinya.

"Kenapa? Kamu berhasil dapet id kakaotalk Pak Junghwan?" Ledek Mashiho karena ia tahu Doyoung berulang kali mencuri pandang tiap melewati ruangan divisi pemasaran.

Doyoung nyaris tersedak kopi yang ada di mulutnya, kepalanya menggeleng kuat, membantah tuduhan tidak berdasar yang Mashiho ucap.

"Saya gak suka sama Pak Junghwan." Jawabnya jujur, karena ia memang tidak tertarik untuk menjalin hubungan dengan siapapun termasuk teman kantornya sendiri.

"Tapi tiap lewat ruangannya, kamu selalu curi pandang ke arah dia."

"Ya karena dia ganteng?"

"Kamu suka sama dia?"

"Nggak, cuma suka ngeliatnya aja. Pak Junghwan tuh kayak hiburan gratis satu-satunya di sini."

Mashiho tertawa, ia tidak menyangka bahwa karakter Doyoung akan seaneh ini. Karena menurutnya, orang yang berbakat seperti Doyoung pasti memiliki perangai serius seperti karyawan pindahan lainnya.

Come To Me [Harubby]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang