"Kamu gak nyuruh aku mampir gitu?" Tanya Haruto yang kini berdiri berhadapan dengan Doyoung di depan gedung apartemennya.
Doyoung tertawa, ia ingin menolak namun genggaman Haruto di tangannya justru menguat, seakan permintaan yang ia lontarkan hanya sekadar formalitas.
"Aku belum makan dari tadi siang, at least tawarin aku ramen atau kamu mau makan ayam goreng yang ada di belakang? Ayo, jam segini mereka pasti masih buka." Ucap Haruto lagi, kali ini sambil menarik tangan Doyoung agar mengikuti langkahnya.
Dan Doyoung menggeleng, ia malah menuntun atasannya untuk berjalan masuk ke dalam lift lalu menekan tombol setelah menempelkan kartu akses.
"Kayaknya aku masih punya stok ramen di atas."
Kalimat Doyoung berhasil membuat Haruto tersenyum puas, ia menggunakan tangannya yang bebas untuk mengusap sisi wajah yang lebih kecil.
"Jadi, kamu mau ngajak aku makan ramen di tempatmu? Kamu gak bakal ngapa-ngapain aku, kan" Tanya Haruto dengan nada manja yang dibuat-buat, Doyoung ikut tersenyum atas tindakan atasannya.
Keduanya terus melempar candaan bahkan hingga mereka masuk ke dalam unit, apartemen Doyoung kini terasa sedikit lebih sempit karena terdapat mesin pencuci piring yang mereka menangkan minggu lalu.
Setelah meletakkan tas kerja juga melepas jas yang terasa menyesakkan, kini mereka berdiri berdampingan di depan kompor. Doyoung yang sibuk memanaskan air, juga Haruto yang ikut membantu dengan membuka pembungkus ramen di sebelahnya.
"Kayaknya kamu harus pindah ke unit yang lebih luas deh." Ucap Haruto tiba-tiba.
"Kenapa?"
"Ya biar kita lebih leluasa aja."
Doyoung menuang dua ramen sekaligus sebelum menutup panci yang airnya mulai bergolak lalu mengalihkan fokus ke Haruto yang masih berada di sampingnya.
"Kita? Ini kan tempat tinggalku." Jawab Doyoung sambil tertawa pelan.
Haruto mengangguk, "Iya, tapi aku kan pasti bakal sering ke sini."
"Ngapain? Apartemen kamu jauh lebih bagus dibanding punyaku."
"Oh atau gini aja, kamu pindah aja ke tempatku?"
"Dan berujung diumpetin di lemari karena tiba-tiba kakak sepupumu dateng? No thank you." Jawab Doyoung, tangannya meraih sumpit untuk mengaduk ramen yang hampir matang. Sampai tiba-tiba ia merasakan kedua tangan Haruto yang mulai melingkar di pinggangnya.
"I'm sorry..."
Suara berat Haruto langsung masuk ke telinga Doyoung, dua kata dan berhasil membuat tubuhnya meremang karena jarak mereka yang terlalu dekat.
"Maaf ya, aku cuma belum siap kalau Yoshi tau soal hubungan kita." Jelas Haruto kemudian, Doyoung mengangguk lalu memberi tanda agar Haruto melepas pelukannya.
"Kenapa, sih? Kamu gak mau aku peluk? Kamu udah gak suka ya sama aku?" Tanya Haruto lagi, kali ini sambil menyandarkan kepala ke atas bahu yang lebih kecil.
"Aku mau angkat ramennya, gimana bisa gerak kalau terus-terusan dipegang gini?" Omel Doyoung sembari memukul punggung tangan Haruto menggunakan sumpit yang ia pegang, dan berhasil membuatnya mengaduh kesakitan.
"Tempo hari aku liat kamu, tapi kamu gak liat aku karena kayaknya kamu buru-buru banget." Ucap Doyoung sambil menatap Haruto yang tengah menyantap ramen di depannya.
"Iya? Di mana?"
"Di klinik Asahi, kamu kenal kan? Temenku yang waktu itu pernah ke kantor pas aku sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Come To Me [Harubby]✔️
FanficAt a high-powered office, Kim Doyoung, the model employee, meet Watanabe Haruto, the CEO's son. From hilarious pranks to unexpected teamwork, sparks fly. Will their professional rivalry turn into an office romance, proving that love and deadlines ca...