The General's Wife Part 34: Perasaan

12 2 0
                                    

Libya mengerjapkan mata seolah berusaha mengumpulkan kesadaran. Matanya menemukan Cesar dan terlihat pengenalan bercampur penyesalan di sana.

"Cesar?"

Libya bertanya lirih. Wajah Cesar nampak begitu dekat dan dipenuhi ketidaksabaran yang nyata. Mata hijau lelaki itu menatapnya tajam seolah ingin menelisik sampai kedalaman hati Libya.

"Aku hanya ingin kau menjelaskan kepadaku semua tentang Asia." Cesar menggertakkan gigi, berusaha menahan diri untuk tidak mengguncang-guncang pundak Libya yang tampak lambat menanggapi reaksinya. Alih-alih melakukan itu, Cesar malah membungkuk untuk membantu Libya supaya setengah terduduk, matanya memandang Libya dan mengamati, memastikan bahwa perempuan itu tidak kesakitan. Setelah itu Cesar memasang bantal-bantal untuk menyangga punggung dan kepala Libya, memastikan kembali bahwa Libya merasa nyaman dengan posisi setengah duduknya.

Bagaimanapun marah dan tidak sabaran dirinya, Cesar masih ingat bahwa Libya masih berada dalam kondisi lemah. Perempuan itu pingsan dan mengalami pendarahan di hidungnya meski sekarang sudah berhenti.

Sekali lagi Libya yang hanya menurut sejak tadi, mengerjapkan mata. Kemudian seolah sudah memperoleh kembali seluruh kesadarannya, ekspresi Libya berubah penuh penyesalan,

"Maafkan aku..." bisiknya kembali dengan suara lirih dipenuhi kesedihan yang amat dalam.

Ekspresi Cesar sedikit melembut mendengar perkataan Libya. Lelaki itu langsung bergerak mundur dan kembali duduk di kursinya yang masih begitu dekat dengan Libya, kedua tangannya bersedekap. Meskipun tubuhnya dan Libya begitu dekat, Cesar terlihat sedang berusaha menjaga jarak.

"Tidak perlu meminta maaf kembali, Libya. Aku sudah mendengar permintaan maafmu berkali-kali sebelumnya. Aku hanya ingin kau menjelaskan kepadaku semuanya, semua tentang Asia dan kebohonganmu tentangnya."

Ekspresi Libya tampak sedih, "Kenapa Asia begitu penting bagimu?" bisiknya seolah mencari kejelasan.

"Karena dia adalah adik kembarku, satu-satunya keluargaku yang tersisa." sambar Cesar cepat, tidak ada keraguan sama sekali dalam suaranya ketika menjawab.

"Lalu kau anggap apa kami ini? Bagaimana dengan aku? Bagaimana dengan seluruh anggota Organisasi Bendera Merah yang rela menumpahkan nyawa kami dan keluarga kami demi mendukung tujuan kita?"

Cesar tertegun dan sejenak kehilangan kata-kata mendengar pertanyaan Libya. Lama kemudian, ekspresi tidak sabarannya benar-benar memudar dan berganti dengan raut wajah serius,

"Kalian juga penting untukku. Kau pasti tahu aku rela melakukan segalanya demi tercapainya tujuan yang kita yakini bersama," mata Cesar menyipit, "Aku selalu jujur kepadamu, Libya... dan juga kepada semuanya. Yang tidak aku duga adalah kau tega membohongiku."

Libya mengalihkan mata sejenak, tidak kuat dipandang dengan mata tajam seperti itu.

"Asia... obsesimu untuk menyelamatkan adik kembarmu dari Jenderal Akira, membuatku berpikir bahwa kau telah mengalihkan perhatianmu dari kami semua. Karena itu aku mencari cara, supaya kau melupakan Asia dan fokus pada tujuan kita, itulah alasanku membuatmu berpikir bahwa Asia telah mengkhianatimu... maafkan aku. "

Cesar menatap Libya tajam, "Aku sudah mengatakan jangan meminta maaf lagi kepadaku," Wajah Cesar dipenuhi keingintahuan yang dalam ketika bertanya kemudian, "bisakah kau jelaskan kepadaku, apa sebenarnya yang terjadi kepada Asia?"

Libya mengamati Cesar dan menyadari kenyataan bahwa pada akhirnya, hanya Asialah yang menjadi pusat perhatian Cesar.

Mata Libya menatap lurus ke arah Cesar ketika menjelaskan dengan suara pelan,

The General's Wife I | The General's Wife Revolution by Author5 PSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang