The General's Wife Part 7: Apa Yang Kau Lakukan Pada Diriku?

12 2 0
                                    

Perkataan jenderal Akira menggema di seluruh sudut ruangan, mengirimkan gelenyar panas yang membuat pipi Asia merah padam, dia menundukkan pandangannya, tidak berani menatap mata cokelat tajam yang seolah menertawakannya.

"Ayolah, turunkan selimutmu." Ada nada tidak sabar di sana, membuat Asia kembali menundukkan kepalanya dengan jemari bergetar, lalu menurunkan selimutnya, pasrah.

Sekali lagi dia duduk setengah telanjang, hanya mengenakan bra sutera warna kuning, membungkus buah dadanya yang meranum.

Selama beberapa saat, suasana terasa begitu hening, hingga Asia, dengan takut-takut mengangkat kepalanya untuk mencari tahu apa yang terjadi,

Jenderal Akira sedang menatapnya dengan tatapan intens yang seolah menusuk ke jantungnya, membuat detak jantung Asia bertambah sepersekian detik lebih cepat.

"Turunkan bramu" suara itu kemudian terdengar lebih serak dan kelam seolah diucapkan sambil menahan napas.

Asia tercekat, tetapi kalimat sang jenderal sebelumnya masih membekas di benaknya. Lelaki ini suaminya, dan sudah pasti pernah melihatnya telanjang. Kebenaran akan hal itu tidak perlu diragukan lagi, bayi yang terkandung di dalam perutnya inilah yang menjadi bukti.

Asia menguatkan hati, berpikir kalau dia tidak seharusnya merasa malu dan takut pada lelaki yang sudah menjadi suaminya.

Dengan gerakan pelan dan gemulai, Asia melepaskan branya, meletakkan dengan hati-hati di samping bantalnya untuk kemudian menatap sang jenderal dengan mata polos dan dada yang telanjang seutuhnya.

Sedetik. Hanya sedetik. Akira tertegun menatap kepolosan nan indah di depan matanya, tetapi kemudian ekspresi dingin langsung menyelubungi wajahnya ketika melihat ada goresan-goresan juga di dada Asia.

"Disini juga ada?" Lelaki itu menggeram, duduk lebih rapat di pinggir ranjang dan tanpa permisi melabuhkan jemari panjangnya begitu saja di permukaan buah dada Asia.

Asia terkesiap, reflek sedikit mundur dan menghindar. Bukan apa-apa, jemari Akira terasa begitu panas, seolah menyengat kulit rapuh di dadanya.

Tetapi rupanya gerakan menghindar Asia itu menyulut perasaan tidak senang di hati sang jenderal, ekspresinya menjadi makin keras, matanya mendadak dingin dan bibirnya menipis kejam.

Tanpa kata, dengan sedikit kasar, Akira menarik tubuh Asia supaya maju kembali, lebih dekat kepadanya, dan kemudian mengoleskan salep penghilang lebam itu tebal-tebal dengan cara sedikit kasar di seluruh permukaan dadanya.

Semua berlangsung cepat hingga akhirnya sang jenderal meletakkan wadah salep itu, lalu mengangkat dagu Asia hingga wajah mereka saling berhadapan.

"Aku selalu bertanya-tanya, apakah kau juga sudah melupakan rasanya." Tatapan mata Akira menajam, seolah ingin menengelamkan Asia bulat-bulat di kedalamannya.

Asia mengerutkan keningnya bingung,

"Melupakan apa?" Tanyanya lemah, tak sanggup menahankan tatapan intens itu.

"Ciumanku."

Dan kemudian, bahkan sebelum Asia sempat menghela napas, tubuhnya sudah ditarik ke dalam hempasan kokoh dada bidang sang jenderal, dagunya diangkat semakin ke atas, untuk kemudian, bibir dingin yang keras itu mendarat di bibirnya, melumatnya.

Mata Asia terbelalak, merasakan bibirnya dicecap tanpa ampun, semula terasa dingin, tetapi kemudian gairah mencairkan kebekuan itu, membuat bibir yang sedang melumat bibirnya itu terasa panas, seumpama bara api yang disesapkan dengan paksa ke bibirnya.

Lelaki itu menggeram, jemarinya bergerak menelusup ke sela-sela rambut Asia, dia mengggerakkan kepalanya, memperdalam ciumannya, membuka bibir Asia dan menerobos pertahanan bibir Asia dengan lidahnya, tanpa permisi.

The General's Wife I | The General's Wife Revolution by Author5 PSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang