Partikel Badai 5

62.7K 3.1K 59
                                    

5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

5. MARKAS KECIL MANDALIKA

Matcha tidak menyangka bahwa dari padatnya bangunan-bangunan di ibu kota, ternyata masih terdapat kawasan yang memiliki lahan kosong berhektar-hektar yang tak dibuka untuk lapangan bisnis.

"Neng, serius nih, alamatnya di sini? Daerah ini terkenal sebagai Kota Mati, loh, gara-gara saking angkernya."

Matcha bergeming di atas boncengan motor tukang ojek online yang mengantarnya mendekati titik koordinat dari alamat yang diberikan oleh lelaki bernama Dante lewat WhatsApp. Lelaki itu mengatakan bahwa Hilario akan lebih mudah ia temukan di sana daripada di perumahan mewah yang tersemat dalam alamat kartu identitas yang Dante berikan tiga bulan yang lalu.

"Mbak? Mau turun di mana? Titiknya di aplikasi udah lewat dari tadi."

Dalam sekejap Matcha mengalihkan perhatian dari layar ponselnya menuju bangunan-bangunan bekas di sekitarnya yang telah dijalari oleh banyak tanaman merambat. Kesan horor tak bisa lagi terelakkan.

"Turunin di depan aja, Bang."

Awal masuk ke kampung ini pun, tak banyak penghuni kampung yang berkeliaran di sekitar rumah-rumah yang berderetan cukup jauh satu sama lain. Kampung tersebut benar-benar terisolasi dari segala kesan ramai, padat, dan macet ibu kota saking berbeda seratus delapan puluh derajatnya.

Tukang ojek berjaket hijau itu menghentikan motor di dekat lahan kosong yang banyak terdapat pohon gerseng. Matcha segera turun, tak lupa membayarkan ongkos ojeknya.

"Saya duluan, ya, Mbak. Hati-hati."

Bahkan, tukang ojek itu sempat memberinya tatapan bingung sebelum meninggalkan Matcha sendirian di tempat sepi tersebut. Langkah gontai wanita itu terus menyusuri jalanan tak beraspal sambil berganti memperhatikan antara suasana sekitar dan Maps di ponsel.

 Langkah gontai wanita itu terus menyusuri jalanan tak beraspal sambil berganti memperhatikan antara suasana sekitar dan Maps di ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah lima menit berjalan kaki, Matcha berbelok mengikuti garis biru yang diarahkan oleh Maps. Dari situ, barulah terlihat titik terang pencariannya dari motor yang terparkir di depan bangunan dua lantai yang dari jauh tidak akan tampak karena terhalangi oleh banyaknya pohon rindang besar yang berjejer sepanjang area. Matcha tetap mendekat meskipun tubuhnya sudah memberikan alarm ketakutan. Tak jauh dari sepeda motor terparkir, Matcha berdiri kaku di depan pintu besi lebar. Bangunan tersebut lebih layak dikatakan sebagai gudang terbengkalai dari pada sebuah hunian.

Partikel Badai MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang