Partikel Badai 30

65K 5.6K 6.2K
                                    

Peraturan lapak Fey🧚‍♀️
● WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR
● WAJIB VOTE SEBELUM MEMBACA
● WAJIB TINGGALKAN JEJAK KOMEN

TARGET UP?

4,5k vote dan 6k komen🍒

Yuk ramaikan setiap paragraf dengan komen kalian💌

(Mohon komentar dengan bahasa yang sopan ya sayang-sayang akuu🥰)

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

30. DAN KITA AKAN SALING MENGENAL LEBIH JAUH

Rabaan pelan itu perlahan berubah menjadi tepukan ringan di pipi pria yang masih memejamkan mata. Tepukan itu tergolong tak bertenaga, tetapi sangat mengganggu tidur Hilario yang semula amat nyenyak. Deheman tak nyaman pun akhirnya disuarakan, disusul oleh decakan ringan sambil mengucek mata dengan pelan.

"Jangan, Cha."

Tepat sasaran, Hilario berhasil menangkap tangan yang meraba-raba wajahnya meskipun dengan kelopak mata yang masih tertutup. Namun, pria itu mengernyit samar kala menyadari bahwa jemari-jemari yang ia penjara saat ini berukuran mungil dan berbeda dengan tangan istrinya yang biasa mengisi genggamannya. Tak hanya itu, badan Hilario selanjutnya ditimpa oleh pergerakan perlahan yang merangkak naik ke perutnya.

"Aaabababaaa."

Celotehan itu secepat kilat mengundang Hilario untuk segera membuka mata, lalu tampaklah bayi yang setengah badannya sudah berada di atas perut Hilario. Saat menoleh ke tepi kiri tempat tidur, ternyata Matcha masih terlelap nyenyak sambil memeluk sebuah boneka kepala kucing berukuran cukup besar.

Fokus Hilario kembali tertuju kepada bayi yang kini sepenuhnya telah berhasil naik ke perutnya, apalagi bayinya yang baru memiliki beberapa gigi itu kini menggigit-gigiti selimut yang menutupi perutnya. Hal itu tentu saja membuat Hilario menarik napas panjang dan menggelengkan kepala, senyum tipis terhias di bibir keringnya.

"Cepat banget bangunnya, Nak?" ujar Hilario sembari memperbaiki posisi menelungkup bayinya di atas perutnya. Kepala Yaya yang telah lebih dekat dengan dagunya membuat Hilario dengan mudah mengecup rambut pendek nan tebal milik putrinya yang tampak cukup berantakan seperti biasa ketika Yaya baru bangun tidur.

"Engggg." Mendadak Yaya bergerak gelisah, kaki mungilnya mulai terulur untuk mencari pijakan.

"Makasih, ya, Yaya udah bangunin Papa." Rasa-rasanya, Hilario tak segan untuk terus memamerkan senyum di pagi pukul enam tersebut. Raganya yang masih mengumpulkan jiwa itu hanya membiarkan saja ketika Yaya perlahan menyingkir dari atas tubuhnya, lalu bayi itu tanpa ragu menjatuhkan diri di ruang kosong sebelah Hilario.

Kontan pria itu dengan sigap bangkit dari posisi berbaringnya meskipun ia tak bisa menghalangi aksi mencengangkan putrinya yang semakin banyak tingkah di usia yang mendekati sepuluh bulan. Bayi bersetelan baju tidur putih motif buah ceri itu kini kembali bangun, terduduk dengan kaki terlentang sambil terpaku menatap papanya dengan raut yang sungguh polos.

Partikel Badai MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang