Partikel Badai 13

63K 3.7K 770
                                    

Peraturan lapak Fey🧚‍♀️
● WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR
● WAJIB VOTE SEBELUM MEMBACA
● WAJIB TINGGALKAN JEJAK KOMEN

TARGET UP?

450 vote dan 500 komen🍒

Happy Reading!

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

13. GORESAN LUKA ITU TAK SEBERAPA PERIHNYA

Sudah berapa lama Matcha tak melewati gang-gang beraneka bau itu? Delapan bulan? Sembilan bulan? Entahlah. Rekaman kejadian yang terakhir Matcha ingat adalah tentang berbagai tatapan sinis yang diterimanya ketika perutnya mulai membesar tanpa mempunyai seorang suami dan tanpa pernah diikrar dalam sebuah janji suci pernikahan.

@putri_zaskia

Assalamualaikum.

Ini Matcha Rawa Antek, kan? Yang anaknya Pak Djamal sama Bu Zulaika?

Lo tinggal di mana sekarang? Bapak lo kelilit utang puluhan juta.

Semua bermula dari permintaan pesan yang masuk di akun Instagram utama Matcha yang memberikan informasi terkait lingkungan masa lalunya yang kelam. Sore sehabis mata kuliah Perpajakan yang harusnya Matcha lalui dengan pulang ke apartemen untuk segera melepas rindu kepada Yaya justru Matcha habiskan dengan kembali menginjakkan kaki ke kampung Rawa Antek, lebih tepatnya pada rumah yang temboknya dipenuhi lumut hijau dan pintu rapuh yang kini terpasang papan bertuliskan "Rumah Dikontrakkan". Pintu tersebut telah digembok rapat.

"Eh, Matcha? Ke mana aja kamu selama ini? Kok baru kelihatan? Udah kayak artis loh kamu sekarang." Wanita paruh baya berbando biru pudar yang Matcha kenali sebagai istri Pak Jono, Bu Sita, itu tampak melongokkan badan dari arah pintu rumah.

Mau tak mau, Matcha meringiskan senyum masam. "Matcha ... tinggal sama suami, Bu."

Bu Sita melongo, ia yang semula berdiri di batas pintu pun memilih keluar mendekati Matcha. "Udah lahiran, Cha? Ibu dengar kabar dari orang-orang, katanya kamu hamil?"

Pegangan Matcha pada tali shoulder bag-nya seketika menguat. Matcha tak lupa, Bu Sita adalah salah satu orang yang paling rajin menyoroti perut buncitnya ketika kala itu ia masih sering keluar masuk gang sebelum dinikahi oleh Hilario.

"Hm, udah, Bu," jawab Matcha tanpa mau memberitahu usia anaknya saat ini. "Ibu tahu nggak, Bapak aku udah berapa lama nggak tinggal di sini?"

"Loh, kamu nggak tahu?" Terlihat raut keterkejutan dari Bu Sita. "Bapak kamu nggak bayar sewa kontrakan selama dua bulan, jadi sama Pak Darto disuruh keluar. Nah, habis itu Bapak kamu banyak ngejual barang-barang kalian, dijual murah lagi."

Matcha tercenung pias dengan bahu yang perlahan jatuh. "Terus ... Bapak aku sekarang di mana, Bu?"

"Kasihan tahu Bapak kamu sekarang. Kadang tidur di pos, kadang di warungnya Kong Abdul kalau habis main. Udah luntang-lantung dia kayak nggak tahu arah hidup."

Partikel Badai MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang