Partikel Badai 23

68.6K 4.4K 3.1K
                                    

Peraturan lapak Fey🧚‍♀️
● WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR
● WAJIB VOTE SEBELUM MEMBACA
● WAJIB TINGGALKAN JEJAK KOMEN

TARGET UP?

2,7k vote dan 2,5k komen🍒

Yuk ramaikan setiap paragraf dengan komen kalian💌

Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

23. ANDAI DI BUMI HANYA ADA KITA

Tak ada agenda singgah ke hotel bintang lima untuk mewujudkan ide 'melayang' bersama sebab Hilario lebih ingin menginap bersama Yaya di Randupala. Penolakan tersebut jelas agak membuat Matcha dongkol. Namun, Matcha tak kehabisan cara untuk melancarkan aksinya.

"Cha."

Bisikan serak Hilario berhasil membuat Matcha merinding. Tubuhnya dibelit oleh pelukan erat Hilario yang sama sekali tak memberi jarak di antara mereka. Jangan tanya Yaya berada di mana, bayi itu kembali harus diamankan di box tidurnya yang bersebelahan dengan ranjang besar yang kini ditempati oleh kedua orang tuanya.

"Kenapa?" Matcha sedikit memutar kepala untuk memandang Hilario sebab suaminya itu memeluknya dari belakang. Keduanya menggunakan selimut yang sama untuk menutupi tubuh polos mereka.

"Jangan jadi ketua di komunitas itu," gumam Hilario yang deru napasnya tepat menyapa tengkuk dan punggung Matcha.

"Kenapa emangnya?" Dengan cepat Matcha memutar tubuh sepenuhnya menghadap Hilario.

"Jangan." Hilario menggelengkan kepala, bersamaan dengan uluran tangannya yang kian mengukung erat istrinya. "Untuk kali ini, tolong dengerin aku, Cha."

Permintaan Hilario jelas menimbulkan tanda tanya besar di kepala Matcha. Kapan ia tak mendengarkan Hilario? Ya, walaupun memang beberapa kali ia dengan sengaja memancing emosi suaminya dengan berbagai cara, seperti sengaja berpakaian minim, sok akrab di keramaian kampus, atau belajar mengendarai mobil tanpa seizin Hilario. Namun, selain dari pada itu, Matcha selalu patuh kepada suaminya, bukan? Sebab andai Matcha tak menurut pada Hilario, mungkin sudah lama Matcha mendatangi kediaman keluarga suaminya dan mengaku bahwa ia adalah istri dari putra ketiga pasangan Hakim Teguh Zachary dan Dewi Qanita. Kartu identitas yang berisikan alamat lengkap keluarga Hilario masih terselip rapi di dompetnya, entah mengapa Matcha tak ingin membuang kartu buluk yang sudah pernah terendam air cucian baju saat ia masih tinggal di Rawa Antek dulu. Matcha pikir, mungkin nanti dia masih akan membutuhkan kartu itu.

"Kenapa aku mesti dengerin kamu?" tanya Matcha yang mendongak memandang wajah Hilario.

Pria di depannya menghela napas berat yang seolah ingin memperjelas bahwa pikirannya tengah ditumpuki oleh banyak rasa khawatir. Tak langsung memberikan jawaban atas pertanyaan Matcha, Hilario justru menunduk untuk menipiskan jarak yang tercipta sebelum pria itu membungkam bibir Matcha dengan ciuman dalam, berlangsung singkat karena Hilario telah memundurkan wajahnya beberapa senti sehingga hidung keduanya masih setia saling bersentuhan.

Partikel Badai MarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang