Setelah keliling seluruh isi ruangan rumah minimalis itu. Salma dengan menghela nafas berat duduk ditepi ranjang.
Rasanya semuanya sangat melelahkan. Salma pun merebahkan tubuhnya yang hampir remuk itu dikasur yang jauh berbeda dari tempat kamarnya.
Ruang yang lebih kecil dari kamarnya. Tidak ada AC hanya ada kipas angin. Dinding yang berwarna ungu dihiasi sebuah fhoto fhto alam yang menurutnya cantik dan aestetik.
Salma terbangun, beranjak dari ranjang saat dirinya mendekat ke arah cermin.
"Gue nggak salah kan ngelakuin ini?" Tanyanya pada diri sendiri seraya menatap dirinya dari pantulan cermin."Gue nggak benci orang tua gue, gue cuman mau ngejalanin hidup sama orang yang gue cintai. Gue nggak mau nikah sama orang yang nggak gue kenal sama sekali". Lirihnya.
Salma mencintai orang tuanya sangat mencintai. Tapi untuk pasangan, dirinya tidak ingin orang tuanya ikut campur. Dirinya berhak memilih dengan siapa ia hidup, dengan siapa ia berdampingan.
Salma tau mungkin semua orang sedang khawatir mencarinya. Namun egonya lebih tinggi. Salma kembali terisak mengingat ingat ucapan orang tuanya.
Flasback
Salma berjalan ke arah dapur karna dirinya merasa haus. Awalnya baik baik saja. Namun suara percakapan seseorang menghentikan langkahnya tepat saat dirinya melewati kamar orang tuanya.
"Besok orang tua Hafidz bakalan kesini. Katanya ingin melihat Salma".
"Tapi kan kamu tau sendiri, Salma belum siap untuk itu semua". Ujar Bunda dengan suara sedikit meninggi.
"Ini cuman pertemuan biasa Bun bukan mau nikah sekarang!".
Salma semakin penasaran apa yang sedang dibicarakan. Suara percakapan itu terasa samar. Salma mendekatkan diri berdiri didepan pintu. Menyimak apa yang sebenarnya terjadi.
"Aku tau Yah! Tapi____"
"Kita bicarakan besok pagi. Bilang pelan pelan kasih tau dengan baik pada Salma!". Ayah memotong ucapan istrinya.
"Besok sore bukan pagi atau pun siang. Tenang saja. Aku yakin kalo Hafidz sangat baik. Hafidz anak teman kita dulu kalo kamu lupa! Ingat janji itu kan?". Tanya Ayah membuat Bunda menunduk.
"Inget" jawabnya menganggukan kepalanya.
Tanpa mereka ketahui. Salma ada mendengar semua percakapan itu. Salma terhenyak dan tidak bisa menahan tangisnya. Salma berlari kembali menuju kamarnya.
Haus yang sedari tadi menggerogoti tenggorokannya, kini hilang sudah. Salma sudah tidak memperdulikan rasa hausnya.
Yang Salma butuhkan saat ini hanya kesendirian tanpa ada orang yang bisa mengetahui keberadaanya.
Flasback off
Percakapan itu yang membuat dirinya pergi tanpa memberitahunya. Salma rasa dirinya butuh sendiri. Butuh menyendiri tanpa orang orang yang selalu ada untuknya.
Salma bukan pengecut karna tidak bisa melawan kenyataan. Namun baginya setiap orang punya cara tersendiri.
Mungkin caranya salah karna tidak memberitahu orang orang terdekatnya.
Tapi hanya cara itulah yang bisa dirinya lakukan.Salma tau orang tuanya ingin yang terbaik untuknya. Tapi Salma mencintai kekasihnya. Salma mencintai Ardhan.
Salma terkadang bingung. Apa yang sebenarnya yang kurang dari Ardhan?.Salma meraih ponselnya. Dan yang pertama terlihat dari lockscreen milikya adalah fhotonya bersama Ardhan.
Tanpa disadari Salma meremas ponsel itu. Lalu membantingnya kekasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRUSH IS MY HUSBAND
Teen Fiction"Kamu menggoda saya?,memancing saya? hmm". Tanya Hafidz menatap sang Istri yang terbaring diranjang. " Gue nggak mancing" Elaknya, namun suaranya sangat terdengar gugup membuat Hafidz terkekeh pelan. " udah siap?, saya ingin bertanya dahulu sebelum...