Bab 7

220 134 11
                                    

Follow ig: @yoonva9
Tiktok: @sheetyhmidahh

Sebelum baca aku gak bakalan bosen bosen buat bilang minta tolong.
Vote dan komen nya.

Semoga kalian suka dengan cerita aku.

#freePalestine
#AllEyesOnRaffah
#🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸🇵🇸
#savePalestine

Kita doakan yang terbaik buat sodara sodara kita yang ada disana.
Sesungguhnya senjata yang paling ampuh dan manjur itu hanya doa.
Jadi, ayok kita doakan sama sama.

                   Happy Reading

Hafidz bersiap siap merapikan baju, bercermin menyemprotkan sedikit parfum pada leher dan tangan. Menghirup sensasi wangi parfum yang dikenakan.

Kali ini Hafidz pulang solat sunnah duha lebih awal dari pada sebelumnya.
Dikarnakan ia akan pergi kajian yang memang dirinya yang menjadi penceramahnya.

Bukan hal baru baginya untuk mengisi acara acara seperti ini. Hafidz sudah sering menolak, bukan karna ia tak ingin atau berbagi ilmu, tapi ia selalu merasa tidak pantas untuk bisa berdiri diatas stage yang dilihat oleh banyak manusia. Ia merasa bahwa dirinya belum mampu untuk bisa melakukan yang sering Abi Lukman lakukan.

Namun, ia ingat bahwa kita harus berbagi ilmu meski itu hanya seujung kuku.

"Abang udah siap belom? Abi udah nungguin!". Azhar berteriak, padahal belum berada diambang pintu, namun lengkingan itu terasa sangat dekat.

"Udah?". Tanya Azhar yang sudah berdiri dengan kaki bersilang didepan pintu. Ia memperhatikan Hafidz yang sedang menyisir.

"Omo omoo, chagiaaaa,  kau tampan sekali Bang!". Kagumnya teriak histeris dramatis.

Hafidz tak menghiraukan. Ia mengambil sorban yang menggantung. Meraihnya, dan ia lilitkannya dalam leher.

"Abi udah siap?". Tanya Hafidz.

Azhar mengangguk. "Udah dari tadi!".

Keduanya pun keluar bersamaan.

Disisi lain, Salma tengah sibuk berkaca. Merasa heran dengan penampilannya saat ini. Ia merasa bahwa dirinya seperti ahli surga yang sangat diidolakan banyak orang.

Ia sedikit kagum pada dirinya sendiri. Senyam senyum sendiri dengan tanpa hentinya memperhatikan dirinya didepan cermin.

"Ternyata sekop sekop kek gue gini, cantik juga kalo spek yali yali!".

Ah iya, dirinya merasa gerah dengan pakaian yang ia kenakan. Ia tidak terbiasa dengan pakaian bergamis seperti ini. Benar benar panas. Apa lagi cuaca sekarang sangat sangat panas.

"Panas banget anjir!". Salma mengibas ibaskan tangannya pada wajahnya, guna supaya tidak terlalu panas.

"Tapi___". Ucapnya terjeda. "Kalo gue nggak spek yali yali, si Hafidz Hafidz itu mana mau sama gue yang speknya sekop sekop!".

Salma teringat dengan sifat Hafidz yang sangat agamis. Jangankan memasuki bar club. Ngobrol aja sambil nunduk!.

"Demi calon suami gue, gue rela!".

Salma segera keluar menghampiri Bi Yuyun.

"Sasal gimana Bi?".

Bi Yuyun yang memang sedang menyiapkan sarapan pun segera menoleh.

"Subhanallah Non". Puji Bi Yuyun kagum. Ia sampai kaget dan hampir tidak mengenalinya.

"Ini beneran Non?". Salma mengangguk dengan tersenyum manis.

"Non Sasal? Anaknya Nyonya Reni?". Tanya Bi yuyun kembali memastikan.
Namun hal itu membuat Salma mencebikkan bibirnya kesal.

"Bibi masa nggak kenal sih?!". Kesalnya dengan cemberut.

CRUSH IS MY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang