12. Pasca Transplantasi Ginjal

20 7 0
                                        

Happy reading!

Dua Minggu telah berlalu begitu cepat, begitu pula dengan kehidupan Neira yang berubah drastis dengan begitu cepat.

Cewek itu hanya diam saat mendengar orang-orang mulai menyebutnya aneh, dia tidak pernah memberontak lagi saat Karin dan dua anteknya mulai mem-bully-nya habis-habisan setiap pulang sekolah dan berakhir pulang dengan keadaan yang begitu kacau.

Dia pikir, jauh dari Andra akan membuat hidupnya membaik, namun ternyata dia salah, selepas dari penyiksaan Andra, dia masih saja mendapat penyiksaan dari Karin setiap harinya, pukulan, tamparan, hinaan, makian, dari Karin seperti sudah menjadi makanan sehari-harinya.

Dia... begitu muak dengan itu semua, dia hanya bisa diam, dia tidak tahu harus berbuat apa.

Neira selalu melewatkan sarapan, makan siang, bahkan makan malam, setiap harinya dia hanya cukup minum air putih, jika dibiarkan akan membuat Neira jatuh sakit pastinya.

Namun, untung saja, dikala tidak ada satu orang pun yang peduli dengannya, dia masih beruntung masih ada Josua yang setiap sore mengirimkannya sebuah makanan.

Ting tong....

Suara bel rumah Neira berbunyi.

Neira mengusap darah yang keluar dari lengannya dengan tissue, aktivitas self harm nya menjadi terganggu saat mendengar bel rumahnya berbunyi.

Kaos lengan panjang nya yang tadi dia gulung sampak siku dia turunkan kembali untuk menutupi luka goresan di lengannya.

Neira segera berjalan keluar untuk mengecek siapa yang datang ke rumahnya.

Saat membuka pintu rumahnya, seperti biasa di sana sudah ada Josua dengan kedua tangan yang menenteng plastik kresek putih berisi makanan.

"Gue bawain martabak manis, nasi padang, moci, ice boba, sama snack," tutur cowok itu diakhiri cengiran lebar.

Neira hanya diam, cewek itu menoleh ke belakang untuk memperlihatkan sesuatu kepada Josua.

Cowok itu langsung mengikuti arah pandang Neira, dan begitu terkejut nya saat melihat banyaknya makanan yang mulai menumpuk di atas meja ruang tamunya.

Josua segera memandang Neira, terlihat wajah Neira yang begitu pucat dengan kantong mata yang mulai menghitam.

"Makanan dari gue selama ini nggak pernah dimakan ya?" tanya cowok itu dengan nada yang terdapat begitu kecewa.

Neira tersenyum tipis, "gue, makan kok." Dia tidak berbohong, dia memang memakannya, namun hanya sedikit yang dia makan.

"Kira-kira, ini bakal di makan nggak?" Josua memandang makanan yang masih ia tenteng dibawah.

Neira ikut memandang makanan tersebut, kemudian dia menggeleng pelan.

Terdengar helaan napas sabar dari mulut Josua, "gue bawain makanan ke lo setiap hari karena gue tau lo nggak pernah sarapan, lo disekolah juga nggak makan, dan lo selalu lewatin makan malam, gue nggak mau lo jatuh sakit, Ra. Emang apa alesan lo nggak mau makan? Lo sengaja nggak makan biar lo sakit hah?"

Josua terkekeh pelan, "usaha gue buat jaga kesehatan lo selama ini sia-sia kalo lo nya aja nggak mau makan makanan dari gue."

"Gue, capek...," Neira tersenyum palsu.

Udara disekelilingnya terasa menipis, Neira mengambil napasnya dalam-dalam, terasa begitu menyesakkan. "Gue... bener-bener udah capek...." Bendungan air matanya pecah saat itu juga.

"Nggak ada lagi alasan gue buat bertahan hidup."

"Gue udah muak, hidup gue isinya cuma luka." Mata cewek itu mulai dibanjiri air mata, terdengar isakan yang begitu memilukan.

About Them [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang