Happy reading!
"Lo mau nggak jadi pacar gue?"
Seperti ada sesuatu yang menyambar tubuhnya hingga tubuh Neira mendadak kaku, darahnya terasa mengalir panas di dalam tubuhnya, jantungnya pun berdegup sangat kencang.
"Oke, tenang-tenang, jangan pingsan, rileks, please jangan ngereog, inget harga diri, oke?" Batin Neira, cewek itu menggigit bibir bawahnya, kedua tangannya diam-diam tengah meremas ujung bajunya hingga kusut, kakinya pun benar-benar terasa kaku seperti patung, dia benar-benar merasa tidak karuan sekarang.
Josua menggaruk pelipisnya, ia merasa malu, Josua bergumam pelan, "sorry, ralat, maksud gue pacar bohongan gue. Gue minta tolong banget sama lo, cuma buat malam ini doang, soalnya nanti malam acara tunangan bokap, gue di ancem sama bokap kalo nanti malam gue nggak bawa pacar sesuai janji, gue harus terima perjodohan dari bokap, dan gue jelas menolak perjodohan itu karena gue benci dengan yang namanya perjodohan, please bantuin gue kali ini aja, gue mohon sama lo."
"Josua kampret! Gara-gara lo gue senam jantung!" Batin Neira dengan perasaan begitu kesal.
"Nyakar muka dia sampe rata dosa nggak sih?!" lanjutnya didalam batin.
"Ra?" Josua melambaikan tangannya di depan wajah Neira.
"E-eh? Iya?" Sahut Neira.
"Gimana? Lo, mau kan?" Tanya Josua untuk memastikan.
Neira menghela napas pelan, dia bingung harus bagaimana.
Josua melihat manik mata cewek itu yang terlihat tengah berpikir keras, "tenang aja, nanti gue bayar, gimana?"
Neira tersenyum kikuk, "bukan soal itu yang lagi gue pikirin."
"Terus?" Tanya cowok itu.
"Kenapa, lo lebih milih ngajak gue? Sedangkan di luar sana masih banyak cewek yang jauh lebih cantik daripada gue yang bisa lo ajak ke acara spesial keluarga lo," ungkap Neira.
Josua merasa kesal ketika mendengar kata 'acara spesial' yang Neira ucapkan, namun ia harus bisa menahan emosinya.
"Udah kepepet!" Balas Josua dengan nada ketus.
Neira mengerjapkan matanya ketika nada bicara cowok itu berubah, "lo, marah?"
Josua menggeleng cepat, "enggak! Udah sana ambil dress sesuka lo."
"Dih? Kok jadi ngegas?" Tukas Neira, dia ikut kesal karena Josua yang tiba-tiba moodnya turun.
Josua menghela napasnya, "lo mau apa sebagai bayarannya?" Tanya Josua to the point.
Neira sedikit bergumam, jarinya menyentuh dagu sebagai tanda tengah berpikir, "taktir mochi sama traktir gue beli novel di Gramedia!" Balas Neira dengan semangat.
"Oke, deal!"
***
Sebuah taksi menepi di pinggir jalan dan berhenti di depan gerbang sebuah rumah berlantai dua. Seorang cowok keluar dari taksi tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Them [ON GOING]
Подростковая литератураMereka memiliki trauma yang berbeda-beda namun dari sumber yang sama yaitu keluarga. Bukankah rumah itu seharusnya menjadi tempat perlindungan teraman? Bukankah rumah itu seharusnya menjadi tempat tinggal ternyaman? Bukankah rumah itu seharusnya men...