13. Fakta Pahit

14 2 1
                                    

Haiii mocilll, maafkan aku karena sudah menghilang selama satu bulan🙏

Sebagai permintaan maaf aku selipkan hal random di dalam part ini😁 jangan liat judull, ga bakal sedih-sedih banget kokk, kayaknya tapi yaa hihiii

Happy reading!

"Mau kemana?" tanya Riska yang berdiri di ambang pintu.

Asahi menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal, "eum... itu, saya bosen di sini sus, saya pengen keluar cari udara segar," bohongnya.

"Pasien yang baru saja selesai operasi belum di perbolehkan untuk berjalan terlalu lama," jelas Riska.

"Sebentar doang kok sus, lima menit deh...," pinta cowok itu.

"Tetap tidak boleh," jawab Riska.

Asahi menghela napas berat, "yaudah deh saya balik ke brankar lagi aja."

Riska tersenyum lega, "saya jagain kok, biar kalau ada apa-apa saya langsung bertindak."

Asahi sedikit melotot mendengar ucapan Riska barusan, "eh... nggak usah repot-repot sus, saya lagian mau itu... mau... buka baju! iya itu! soalnya di dalem gerah," ucap Asahi diakhiri dengan sedikit cengiran.

"Perut saya emang sixpack, tapi tetep aja menurut saya aurat sus, saya nyiapin ini khusus buat istri saya kelak nanti soalnya," lanjut cowok itu.

"Lagian nih ya, nggak baik berduaan di dalam sus, kata Neira cewek sama cowok yang belum nikah tapi berduaan di dalam satu ruangan kalo dalam Islam namanya bukan muhrim. Maaf ya sus tapi enggak dulu, saya lagi dalam perbaikan diri soalnya," ucap Asahi sambil menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada sebagai tanda maaf.

"Pasien satu ini memang agak lain...," batin Riska.

"Yasudah, jangan lama-lama buka bajunya, takutnya nanti malah masuk angin. Kalau begitu saya tinggal, kalau ada apa-apa langsung tekan tombol darurat," pungkas Riska, suster itu pun langsung meninggal kamar inap Asahi.

Cowok itu memperhatikan suster Riska dari ambang pintu untuk memastikan bahwa Riska benar-benar sudah pergi.

Setelah itu ia langsung menutup pintu kamar inapnya, lalu ia menghela napas lega.

Rencananya membuat suster Riska pergi kini berhasil, sekarang tinggal memikirkan bagaimana caranya agar ia bisa keluar dari sini dan menuju ruangan Akasa tanpa ketahuan suster Riska.

Asahi berjalan ke arah brankar, kemudian ia duduk di pinggiran kasurnya.

Setelah memakan waktu cukup lama untuk berpikir keras, yang muncul ternyata ide gilanya.

"Gue copot aja infusnya, terus gue ganti baju mumpung baju gue juga ada di sini, gitu aja... beres kan?" monolognya.

Ya, Asahi benar-benar mengikuti ide gilanya itu, sekarang cowok itu sudah melepas infusnya dan sudah mengganti bajunya.

Asahi berjalan ke arah pintu, namun ia urungkan niatnya, ia memandang ke bawah dan sedikit mengangkat bajunya untuk melihat bekas operasinya.

"Gue... takut jahitannya lepas, terus nanti isi perut gue keluar semua gimana dong? kan nggak lucu...," Asahi menghela napas gusar.

"Lagian gue juga belum mau mati, gue pengen nikah dulu sama Neira terus punya anak, biar bisa denger anak gue manggil Akasa dengan sebutan paman terus gue dipanggil om sama anaknya Akasa."

About Them [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang