8• || Tamu Tak Diundang

41 12 0
                                    

Happy Reading Gayss

"Ternyata keluarga yang utuh serta harta yang berlimpah tidak menjamin kehangatan keluarga."

_Vera Rikania Vanle

Eby duduk melamun di balkon kamarnya. Suara ketukan pintu menyadarkannya dari lamunannya. Tak pikir panjang ia melangkah membuka pintu dan mendapati Vera dengan piama berwarna coklat dan sandal bulu melekat dikakinya, tak lupa pula koper kecil berdiri di samping kakinya. Eby yang melihat pemandangan itu hanya menatap heran pada manusia di depannya.

"Rumah lo kebanjiran atau gimana nih? Pake acara ngungsi segala ke rumah gue, sampe bawa-bawa koper segala! Kenapa gak sekalian bawa si Mochi?" tanya Eby heran melihat kedatangan Vera.

"Gue mau nginep beberapa hari yah di sini, gue gak bakalan ngerepotin kok. Minggir-minggir gue mau rebahan," ucap Vera menerobos masuk dan langsung merebahkan tubuhnya di kasur milik Eby tanpa menjawab pertanyaan dari sahabatnya itu.

Eby hanya memutar bola matanya malas melihat tingkah kurang ajar Vera. Setelah menutup pintu kamarnya, ia berjalan menuju kursi meja belajar dan bertanya maksud dari kedatangan gadis pecinta matcha itu.

"Ngapain sih malem-malem kesini?" tanya Eby lagi.

"Mau tau aja atau mau tau banget nih," jawab Vera duduk bersila memangku bantal di pahanya. Dengan tampang watadosnya menaik turunkan alisnya ditambah dengan cengingiran khas gadis itu.

"Mau jawab atau mau gue usir?" ancam Eby dengan wajah jengah sambil berjalan menuju balkon.

Vera si gadis penakut itu lantas berjalan menyusul Eby dan duduk di samping sahabatnya itu.

"Bunda lagi nemenin Ayah keluar kota. Resto yang di sana lagi ada problem, jadi harus Ayah yang turun tangan sendiri. Sebenarnya gue juga disuruh ikut sama bunda, tapi gue males karna jauh. Jadilah gue berujung ada di sini, lo gak lupakan kalau gue ini penakut." Jelas Vera sedetail mungkin.

"Yaudah, asal lo gak berisik." Jawab Eby singkat.

"Iya iya janji deh," cetus Vera terkekeh kecil dan menaikkan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf V.

Hening menyelimuti keduanya. Mereka sama-sama sibuk dengan handphone masing-masing.

"Ehh Byy, rumah sebelah udah ada yang huni?" tanya Vera penasaran karna rumah tetangga Eby itu sudah lama kosong dan malam ini lampu seisi rumah terlihat menyala.

"Mybe, gue juga baru sadar." Balas Eby seadanya.

"Owh," ucap Vera sambil menganggukkan kepalanya mengerti.

"Byy anterin jajan dong di supermarket depan," pinta Vera cengengesan.

"Kuylah, kebetulan cemilan gue emang lagi abis. Gue gak sepelit itu yah biarin lo mati kelaparan, siapa suruh dateng gak diundang." Jawab Eby yang langsung masuk dan menyambar jaket jins hitam miliknya.

Sedangkan Vera membuka koper dan mengambil cardigan rajut miliknya. Keduanya berjalan menuruni tangga. Vera mengedarkan pandangannya dan tak mendapati siapa pun di rumah ini.

"Byy ini lo sendiri dirumah?" Lagi-lagi gadis itu bertanya.

"Enggak, ada pembantu di belakang terus ada satpam juga kok." Jawab Eby cuek.

"Maksud gue boyok lo sama kak Sely." Ucap Vera meralat pertanyaannya.

"Kayak enggak tau aja lo, pake acara nanyain mereka. Bokap pasti masih ngurus perusahaannya yang tersayang itu. Nyokap gue palingan sibuk arisan atau mungkin lagi diluar kota. Sely? Udah pasti nongkrong sama teman-teman kampusnya. Mungkin sih, palingan besok pagi udah pada anteng tuh dimeja makan. Keluarga gue hobi mencar kalau lo lupa. Keluarga gue terlalu tercemar buat keluarga lo yang cemara." Jelas Eby menyebut Sely tanpa embel-embel "Kak", karna nyatanya keduanya tidak sedekat saudara pada umumnya.

Debby Rasella Molla {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang