Jam masih menunjukkan pukul 13:03 namun langit tampak sudah gelap, rintik kecil gerimis pun sudah turun menyapa kota Seoul, namun hal itu tidak menghentikan langkah kecil jisoo menelusuri jalanan
Ya, wanita itu habis pulang dari rumah sakit, nyatanya kabar buruk yang disampaikan dokter benar benar membuat nya seakan berada di ambang kehancuran
"Jisooya, ini sudah berada di tahap akhir, bukan hanya tumor lambung yang bersarang diperutmu, dari hasil rongsen Minggu lalu menampilkan ada benjolan cukup besar di kepalamu, dan hasilnya sudah dinyatakan jika itu adalah tumor otak stadium 4"
"Jika tidak segera di operasi tumor nya akan menyebar jisooya, ada baiknya kita tangani dulu tumor otak nya, jika kondisi mu memungkinkan kita bisa menangani sekaligus tumor lambung mu"
Kalimat yang disampaikan oleh jhope mengaung di pikiran jisoo, kalimatnya tidak lah menyinggung namun terasa sangat perih sampai ke ulu hati
Tanpa berniat menghentikan taksi atau sekedar menghentikan langkahnya untuk berteduh, jisoo terus berjalan membiarkan tubuhnya kini di guyur oleh rintik hujan yang perlahan berubah menjadi hujan yang deras
Hampir 2 jam lamanya kaki itu berjalan tanpa henti, hingga tibalah dia di sebuah pemakaman umum, dengan tiga buket bunga Lily di tangan nya
Penampilan nya kacau, matanya bengkak karena sepanjang jalan dia menangis dan rambut yang sedikit acak acakan
Jisoo merasa pasokan udara terhambat ditenggorokan nya. Lelah? Ya itu sudah pasti, namun nyatanya rasa lelah itu tidak sebanding dengan hatinya yang hancur
Di depan nya terlihat dua pusara yang bersebelahan. Kim sang yoon dan park so hee, makam kedua orang yang sangat dia rindukan, ayah dan ibunya yang meninggal kan nya begitu cepat, hingga kepergian keduanya meninggalkan luka yang sangat mendalam bagi jisoo
Air mata yang sedari tadi tertahan kini sudah menyeluruh di kedua pipi tirus nya, mendadak kedua kaki mungilnya terasa lemah hingga terduduk di antara kedua pusara itu
"Ma, pa" panggilnya dengan suara serak, jisoo kemudian meletakkan bunga Lily di kedua makam orang tuanya
"Aku datang lagi" ucap jisoo sambil mengais gundukan tanah yang di tutupi dengan rumput hijau yang rapi dan terawat
"Maaf, untuk kali ini saja biarkan aku menangis" suaranya nyaris tidak terdengar, seakan tertahan di tenggorokan nya, rasa sesak itu kembali lagi, bahkan kali ini begitu menyesakkan
"Aku harus apa ma?" Dadanya sakit, bahkan jauh lebih sakit saat kehilangan seokjin
Pandangan jisoo terangkat menatap nama yang terukir dengan indah di pusara sang ayah, pandangan nya berubah menjadi buram karena tertumpuk buliran kristal bening yang terus memenuhi pelupuk matanya
"Papa, aku harus bagaimana? Aku sangat takut pa"
"Aku sakit ma, aku tidak mau mati ma, aku harus bilang apa sama suga dan namjoon oppa?"
Jisoo meraung tanpa bisa berkata-kata lagi, dia menangis sejadi jadinya, memeluk gundukan tanah yang berbalut rumput hijau yang basah karena guyuran air hujan
Cukup lama dia menangis tanpa berkata apa apa
"Papa, mama, maafin jisoo" angin dingin bergulir disertai dengan tetasan hujan yang menerpa tubuhnya yang mungil
"Maafin jisoo udah nangis di depan kalian, padahal jisoo udah janji gak bakalan sedih, tapi jisoo takut pa, jisoo harus bagaimana?"
"Ma, jawab jisoo, jisoo harus apa? Boleh jisoo ngeluh? Boleh jisoo marah? Jisoo pengen marah tapi gak tau harus marah sama siapa? Jisoo takut ma, tolongin jisoo" cicit jisoo dengan pelan, lalu memeluk dirinya sendiri
![](https://img.wattpad.com/cover/364943276-288-k392414.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENITY -VSOO
Roman d'amouraku menyesal, sungguh menyesal telah membiarkan mu menderita selama ini sayang - kim taehyung aku tidak menyalahkan siapapun, hanya saja takdirku sedikit tidak adil - kim jisoo aku hanya berusaha mempertahankan apa yang jadi milik ku, apakah aku sal...