Suasana pesta menyambut kembalinya Reta masih berlangsung sampai malam, meski banyak pertentangan antara beberapa keluarga tentang kembalinya Reta, tetapi tidak sampai membuat keributan yang berarti.
Sejujurnya Mareta merasa pengap berada di tengah kerumunan manusia asing, tidak ada yang mengajaknya berbicara, bahkan orang-orang yang di katakan dekat dengan Reta tidak ada yang berani mendekat pada Mareta.
Mareta memutuskan meninggalkan aula pesta mencari udara segar. Ia menuju balkon menatap langit tanpa bintang, langit malam ini, entah langit yang sama atau bukan. Yang jelas Mareta merasa kesepian.
"Apa yang sedang kamu lihat?"
Mareta menoleh, seorang pria bermata elang menatapnya dengan tatapan berbeda, Mareta bisa melihat ketulusan dari sorot matanya, meski ia tahu ketulusan itu pastilah bukan untuknya.
"Apa kamu percaya kalau ada dunia lain selain dunia ini?" tanya Mareta tanpa menatap lawan bicaranya.
"Ya, aku percaya, banyak hal yang tidak mungkin itu ada." Raven berjalan mendekati Mareta, ia berdiri persis di samping gadis itu.
"Sejauh ini, aku hanya mengenalmu dan keluargaku di sini, seberapa dekat hubunganku denganmu?"
Pertanyaan Mareta membuat Raven terdiam sambil menatap manik mata indah milik Mareta, "Aku tidak bisa mengatakan kita dekat, aku juga tidak bisa mengatakan kalau kita jauh. Hanya saja, kamu bisa menganggapku teman dan juga atasan mulai saat ini."
"Atasan, maksudmu?" Mareta tidak mengerti, sekian banyak hubungan, kenapa Raven mengatakan kata atasan.
Tunggu, apa Raven adalah ...
"Aku berharap, meski kamu belum mengingat semua hal, tapi kamu bisa kembali bergabung ke satuan kita. SSI membutuhkanmu."
Belum selesai Mareta bergumam, ucapan Raven sudah menjawab gumamannya, ternyata Raven adalah atasannya di satuan SSI di mana Reta tergabung di dalamnya.
"Tapi aku tidak mengingat apa pun, aku tidak akan berguna untuk SSI saat ini," sahut Mareta.
"Reta, SSI bukan hanya membutuhkanmu sebagai seorang ilmuan, tetapi juga sebagai anggota yang bersedia mengabdikan diri untuk banyak orang. Kemampuanmu di luar seorang ilmuan juga dibutuhkan. Kamu seorang yang cerdas, mungkin saat ini kamu tidak mengingat apa pun, tapi aku yakin, dengan bersatu kita pasti akan bisa mengubah dunia."
Mareta hanya bisa bergeming, ia yakin, kedatangannya kemari bukanlah suatu kebetulan, pasti ada alasan dibaliknya.
Keesokan paginya, tanpa sepengetahuan siapa pun, Mareta mencoba menjelajah dunia yang baru beberapa hari di masukinya, ia menyelinap melalui tembok yang bisa dengan mudah ia daki.
Keahlian seperti memanjat tembok, sangat di kuasai Mareta, apalagi dulu Mareta biasa memanjat tebing tinggi saat pelatihan menjadi pembunuh bayaran. Ia bisa dengan mudah keluar dari kediaman Maladewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐰𝐢𝐬𝐭𝐞𝐝 𝐏𝐚𝐫𝐚𝐥𝐥𝐞𝐥
Ficção Científica────⋆⋅☆⋅⋆──────⋆⋅☆⋅⋆──────⋆⋅☆⋅⋆──────⋆⋅☆⋅⋆───── Mareta terlempar ke dunia pararel dalam usaha pelariannya dari kejaran kelompok pembunuh. Memang, risikonya yang dulu mau menjadi bagian dari mereka, tetapi akhirnya memilih pensiun dini dengan risiko...