Raven masih mencerna informasi yang Mareta berikan, ia jadi teringat saat melihat box rahasia Ronald yang isinya berbagai macam benda aneh, termasuk ramuan-ramuan misterius.
"Dari mana kamu mengetahui informasi itu?" tanya Raven penasaran.
"Em ... itu ...." Mareta bingung mengungkapkan dari mana ia tahu informasi tersebut.
"Katakan saja, apa dari gelang itu?" Mata Raven tertuju pada gelang yang melingkar di pergelangan tangan Mareta, "Aku pernah melihat saat kamu menggunakan gelang itu di desa adat, gelang tersebut terlihat spesial."
Mareta menghela nafasnya, kali ini ia tidak bisa menghindar, "Kamu benar, gelang ini memiliki kemampuan berbeda dengan gelang yang ada di dunia ini."
Raven mengangkat satu alisnya, ucapan Mareta seolah-olah ia berasal dari dunia lain.
"Maksudku, saat aku tersadar, gelang ini sudah berada di tanganku, kamu bilang dulu aku adalah seorang ilmuan, mungkin saja aku membuat gelang ini sebelum hilang ingatan."
Raven menganggukkan kepalanya, alasan Mareta masuk akal, "Jadi benar, kamu mendapat informasi dari gelang tersebut?"
"Benar, awalnya aku curiga pada Ronald yang tiba-tiba mengajakku berbicara dan memberiku minuman, padahal kita tidak akrab. Aku memeriksa kandungan yang ada dalam minuman itu, gelang harmoni mengatakan, kalau di dalam minuman itu, terdapat ramuan cinta, yang membuat peminumnya akan terobsesi pada orang yang pertama ia lihat."
"Jadi gelang itu memiliki nama gelang harmoni?" tanya Raven penasaran.
"Gelang ini memperkenalkan dirinya seperti itu, gelang harmoni dimensional," jawab Mareta.
"Lalu, bagaimana kamu bisa lolos dari Ronald?"
"Tentu saja aku menukar minuman itu, dia pikir aku bodoh yang bisa ditipu hanya karena sebuah minuman." Mareta menyombongkan dirinya sendiri, tingkahnya justru membuat Raven merasa bangga.
"Oh iya, ngomong-ngomong, Ronald kenapa menargetkan aku? Kalau dipikir-pikir, ia pasti bertujuan agar aku bisa terobsesi padanya? Untuk apa? Apa dia menyukaiku, atau dia mau balas dendam kepada seseorang yang suka padaku? Menurutmu kenapa?" Berbagai pertanyaan muncul di benak Mareta, gadis itu benar-benar tidak tahu apa yang terjadi pada Ronald dan Raven.
Sementara Raven tidak menjawab pertanyaan Mareta, ia mengalihkan perhatiannya, "Ayo, kita pulang, latihan sudah selesai, besok kita akan berlatih lebih keras, perang ini tidak akan selesai dalam satu atau dua hari, pulanglah untuk istirahat."
"Raven tunggu." Mareta mencegah kepergian Raven, menurutnya pembicaraan mereka belum selesai.
"Ada apa?" Raven ingin mengakhiri pembicaraannya dengan Mareta, ia takut perasaannya ketahuan.
"Bagaimana kamu akan menghadapi Ronald, kamu akan benar-benar menciumnya?"
"Tidak, lebih baik kubunuh dia dari pada aku harus menciumnya!" seru Raven spontan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐓𝐰𝐢𝐬𝐭𝐞𝐝 𝐏𝐚𝐫𝐚𝐥𝐥𝐞𝐥
Science-Fiction────⋆⋅☆⋅⋆──────⋆⋅☆⋅⋆──────⋆⋅☆⋅⋆──────⋆⋅☆⋅⋆───── Mareta terlempar ke dunia pararel dalam usaha pelariannya dari kejaran kelompok pembunuh. Memang, risikonya yang dulu mau menjadi bagian dari mereka, tetapi akhirnya memilih pensiun dini dengan risiko...