"Aku mau pisah." Ucap Dani kepada Klara saat Dani pulang dari kantor. "Maksud kamu apa Mas?" Klara tidak paham akan apa yang diucapkan suaminya.
"Papa sudah meninggal, jadi pernikahan kita cukup sampai disini." Ucapan yang membuat Klara paham maksud suaminya. Ya, pernikahan Dani dan Klara adalah perjodohan dimana Ayah Dani merasa hutang budi kepada keluarga Klara dan mengusulkan pernikahan.
"Kamu serius Mas? Ada anak-anak." Sebagai ibu Klara memikirkan anak-anak mereka apalagi usia mereka masih begitu kecil.
"Anak-anak kamu yang urus, karena aku sudah memiliki anak."
Deg! Satu fakta yang membuat Klara semakin sadar posisi. "Aku kasih kamu waktu dua minggu untuk pindah dari sini agar semua proses perceraian berjalan cepat."
Dimana dengan hati yang tersayat Klara menguatkan hatinya untuk melangkah pergi dari rumah Dani, ya, rumah itu sudah Dani beli sebelum keduanya menikah.
"Ma... Kok kita keluar dari rumah sih?" Tanya putra tertuanya dengan sorot mata penasaran. Klara tersenyum dan mengusap puncak kepala Gio "Sekarang Mama dan Papa sudah berpisah. Jadi Mama harus keluar dari rumah. Mama sudah cari rumah yang deket dari sekolah kalian."
Diberi waktu dua minggu membuat Klara berusaha mencari rumah yang dekat dengan sekolah anak-anak, agar mereka tidak kesusahan dalam pulang atau pergi karena sekarang tidak ada mobil yang akan mengantar atau menjemput.
"Kenapa berpisah? Memang Papa gak sayang Gio dan Giyan?"
Klara tidak bisa menjawab karena itu semua di luar kuasanya. Namun perempuan muda itu langsung mengajak kedua anaknya masuk ke dalam mobil yang akan mengantarkan ke rumah baru mereka.
"Gio dan Giyan harus tetap bersyukur meskipun Papa tidak tinggal lagi sama kita tapi Tuhan masih kasih kita kesempatan untuk hidup yang pastinya rezeki." Klara setelah menikah memang memutuskan untuk di rumah, menggeluti usaha onlinenya dimana semua itu mampu menghidupnya sekarang.
"Iya Ma." Dua orang anak yang tidak berdosa itu harus merasakan sakitnya perpisahan namun Klara bertekad untuk tetap membahagiakan keduanya.
****
"Serius kamu sudah berpisah dengan Dani?" Klara mengangguk mengiyakan pertanyaan dari sahabatnya itu. "Pantas tempo hari aku lihat Dani bersama perempuan lain ditambah ada anak kecil."
"Itu anaknya."
"Eh, tapi Dani tetap bayar spp anak-anak, kan?" Klara menggeleng lemah meskipun Dani harus membayar semuanya namun pria itu sepertinya lupa. Sesuai putusan pengadilan pria itu harus tetap membiayai kedua anaknya.
"Gila banget, kalau dari dulu gak serius seharusnya gak dihamilin eh ini dihamilin terus lepas tanggungjawab aja." Cerocos Agnia.
"Sudah takdir, meskipun awalnya sulit tapi ya harus dijalani kan?" Klara tidak mau berandai-andai, yang dirinya lakukan sekarang adalah fokus ke keluarga kecilnya. Tak masalah kehilangan sang imam yang terpenting kedua anaknya masih bisa ia dekap.
"Kamu bisa seikhlas gitu sih." Agnia tidak tahu terbuat dari apa hati perempuan dihadapannya ini. Tapi melihat ketabahan dan kesabarannya membuat Agnia salut. "Ada kalanya aku nangis, teriak, kenapa Tuhan kasih aku cobaan ini. Tapi aku juga sadar jika Tuhan masih memberikanku dua tangan yang pasti masih ada anak-anak."
"Dani pasti menyesal meninggalkanmu." Pungkas Agnia. Ya, sahabatnya ini adalah orang baik dan pasti Tuhan kasih pengganti yang jauh lebih baik.
"Ma.... "
"Apa sayang?" Gian menatap wajah Klara dengan sorot takut. "Ada apa?"
Gio muncul dari belakang dengan wajah datarnya. "Lusa ada kegiatan di sekolah dimana harus mengajak papa." Klara tersenyum dan membelai puncak kepala Gian. "Mama gak pernah membatasi kalian dengan Papa ya, meskipun Mama dan Papa berpisah."
"Tahu Ma."
"Yaudah yuk kita telpon Papa." Ajak Klara untuk duduk di kursi memanggil papa dari anak-anaknya. "Hallo? Maaf saya sibuk."
"Mas!" Teriak tidak terima Klara saat mendengar Dani yang ingin langsung mematikan sambungan.
"Apa! Saya sibuk Klara!"
"Gila kamu Mas, ini anak-anak yang ingin mengajak kamu bicara bukan aku!"
"Itu urusanmu saya sudah pernah bilang saya sudah memiliki anak."
Deg! Membuat hati kecil Gian dan Gio terluka. "Sudah Ma, jangan telpon Papa." Bisik Gio yang mematikan sambungan.
Klara menghela napas panjang sebelum menatap kedua anaknya. "Memang acara apa? Mama gak bisa ya?"
"Bisa kok Ma."
"Yaudah sama Mama aja. Em... Gimana kalau detik ini kalian gak usah dengerin ucapan Papa." Dua orang anak kecil itu mengangguk. Klara sebenarnya tidak mau memisahkan keduanya tetapi melihat respon tadi Klara ingin kedua anaknya paham jika ayah mereka sudah memiliki kehidupan lainnya.
"Jangan sedih ya. Kalian masih punya Mama." Gian dan Gio memeluk tubuh Klara. "Sayang Mama."
Klara berharap meskipun dunia tidak adil untuk mereka tetapi keduanya masih memiliki dirinya.
Klara dan anak-anak tengah berjalan-jalan di salah satu mall dimana anak-anak menginginkan makan di restoran cepat saji. Membuat perempuan pertengahan tiga puluhan itu mengiyakan.
"Enak ya Ma."
"Iya."
"Besok ajak kira kesini ya Ma." Klara mengangguk. Dulu meskipun ada Dani kedua anaknya tidak pernah diajak kesini ya karena Dani beralasan capek ternyata di balik alasan itu ada hal yang disembunyikannya.
"Enak."
Hingga tiba-tiba ada seorang laki-laki yang mendekati, menepuk pundak Klara lembut. "Klara, kan?"
Klara menoleh dan terkejut akan keberadaan pri itu. "Gusti?"
"Iya aku Gusti." Pria itu duduk di kursi kosong dan menatap kedua anak kecil yang berhadapan dengannya. "Ini anak kamu?"
"Iya, ini Gian, ini Gio."
"Hallo ganteng dan cantik." Dimana dua orang bocah itu hanya membalas sekenanya.
"Ah iya Om punya ini." Ujar Gusti yang mengeluarkan cokelat. "Wah Gian suka." Teriak Gian dengan mengambil cokelat itu. "Mana suami kamu?" Bisik Gusti yang dibalas dengan gelengan kepala Klara.
Gio yang mendengar perkataan itu langsung menjawab. "Papa hilang Om. " Membuat kedua orang dewasa itu terdiam.
"Papa pergi jadi jangan tanya lagi ya Om. Kasihan Mama aku." Membuat Gusti tidak enak hati. "Oke, karena situasi yang tidak nyaman ini jadi Om akan bayarin kalian di playground. Gimana?" Hanya teriakan yang menjawab tawaran Gusti.
Tbc
Kelanjutannya ada di Karyakarsa ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story II (Karyakarsa)
Short StorySemua cerita lengkapnya bisa di baca di Karyakarsa