Melangkah dalam ketidakpastian langkah demi langkah terus Taufan ambil, rasanya aneh tapi disaat bersamaan juga menyenangkan. Sementara tubuhnya di luar sana tertidur dengan lelap, disini Taufan bisa dengan bebas berkeliaran kesana kemari tanpa ada siapapun yang bisa menghentikannya.
"Taufan berapa lama aku pergi?..." tanya sosok yang keberadaannya terlihat sangat familiar.
"Tidak, tenang saja belum ada 1 bulan semenjak kau pergi, semuanya baik-baik saja dan 'dia' juga belum melakukan pergerakan mencolok" ucap Taufan dengan senyum manisnya menyambut kedatangan tuannya Boboiboy yang kini nampak berdiri didepan matanya dalam keadaan utuh.
Mendengar jawaban yang diberikan oleh Taufan senyum lega dengan cepat terukir di wajah Boboiboy dengan sempurna. "Syukurlah ternyata waktu di dunia kita berjalan lebih lambat ya dibandingkan alternatif lain" ucap Boboiboy yang mendapatkan anggukan setuju dari Taufan.
"Ngomong-ngomong tuan.. apakah tuan sudah menemukannya?" tanya Taufan dengan sedikit raut wajah sedih yang ia sembunyikan dengan sangat apik di balik senyum manisnya.
Boboiboy tidak langsung menjawab, untuk beberapa saat remaja laki-laki itu terdiam dalam keheningan sebelum akhirnya menghela nafas berat. "Tidak.. aku benar-benar tidak tahu apa tujuannya yang sebenarnya.. tapi jangan khawatirkan itu. Kau cukup jaga yang lain dan awasi 'dia' dengan baik" ucap Boboiboy dengan rasa sedih dan putus asa yang berusaha ia sembunyikan dari elemental anginnya tersebut.
Baik itu Taufan maupun Boboiboy, keduanya sama-sama tersenyum palsu. Dibalik indahnya senyum yang mereka ukir terdapat rasa sedih yang disembunyikan dengan sangat apik sampai-sampai tidak ada yang menyadarinya. Mereka memiliki agenda sendiri, dan mereka memiliki rahasia mereka sendiri.
Ada kalanya suatu rahasia hanya perlu disimpan oleh satu orang.
"Tuan butuh pelukan?" tanya Taufan sembari merentangkan tangannya, meskipun Taufan tidak lagi bisa merasakan emosi Boboiboy secara langsung, namun entah memang hanya instingnya saja, atau memang hubungan mereka sangat erat.. Taufan benar-benar memahami jika saat ini.. tuannya membutuhkan pelukan, remaja itu.. membutuhkan tempat untuk bersandar.
Dan ya pilihan Taufan kali ini benar-benar pilihan terbaik, seolah-olah tidak bisa lagi mempertahankan topeng kepalsuannya lebih lama lagi, Boboiboy dengan mata berkaca-kaca memeluk Taufan dengan sangat erat. Meskipun suara Isak tangisnya berusaha di redam sebaik mungkin, Taufan masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas.
Tuannya Boboiboy dia saat ini sedang merasa sangat lelah.
"Terimakasih Taufan aku rasa waktu kita tidak banyak lagi sekarang.. kau harus kembali sekarang, sekarang kau memiliki tubuh ingat?" ucap Boboiboy kembali mengukir senyum terbaiknya
"Tolong sampaikan pada yang lain jika aku benar-benar minta maaf, tolong katakan pada mereka aku sangat menyayangi mereka, dan jika kau bertemu ayahku suatu hari nanti, tolong katakan juga padanya jika aku sekarang sudah besar dan berdikari (mandiri)" ucap Boboiboy kini membuat sedikit demi sedikit senyum di wajah Taufan terkikis.
"Tuan apa yang__"
"Tunggu Taufan aku belum selesai" ucap Boboiboy dengan cepat memotong kata-kata Taufan sebelum elemen angin itu sempat menyelesaikan kata-katanya.
"Katakan padanya aku sekarang sudah berdikari, aku bisa mengambil keputusanku sendiri, dan aku juga bisa mempertanggungjawabkan keputusanku itu ...... Dan tidak terpenting.. katakan padanya ini adalah salam perpisahanku" ucap Boboiboy membuat Taufan sepenuhnya kehilangan senyum di wajahnya.
"Tuan ini bukan rencana awal kita. Tujuan kita hanya menyelesaikan 'orang-orang' itu dan kembali seperti semula bukan? Mengapa anda mengatakan seolah-olah anda tidak akan pernah kembali??" tanya Taufan dengan serius, ada kecurigaan dan kemarahan yang terselip dari nada suaranya, dan Boboiboy sama sekali tidak menyadarinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arah Angin
FanfictionSebagai bentuk dari sebuah kekuatan, sang elemental angin yang saat ini dikenal dengan nama Taufan tentunya tidak terikat dalam konsep kehidupan dan kematian, dia bukanlah mahluk hidup, dia tidak tercipta dengan emosi ataupun keinginan, dia hanyalah...