Dibuang

154 26 2
                                    

Di tempat ini Taufan tidak pernah benar-benar bisa membedakan kapan siang dan malam berganti, tanpa adanya cahaya matahari yang menerangi tempat ini pencahayaan benar-benar sangat minim, belum lagi suhu planet ini juga benar-benar sangat dingin.

Entah apa yang saat ini sedang dilakukan oleh Fang dan teman-temannya, Taufan dan Halilintar sama-sama kehilangan cara untuk menghubungi mereka. Nekad menerobos tebalnya salju demi mencari juga bukanlah pilihan yang tepat, memang tidak ada orang yang melarang mereka untuk keluar dari wilayah pedesaan itu, namun keduanya juga sudah mendapatkan peringatan keras.

"Kami tidak melarang kalian keluar dari desa ini, tapi badai yang terjadi di luar sana jauh lebih ganas dibandingkan dengan di sini. Kami hanya tidak ingin melihat mayat muncul ketika bulan isolasi berlalu" ungkap salah satu penduduk desa yang hingga kini masih terngiang-ngiang dalam benak Taufan.

Lagipula keduanya hanya perlu menunggu didesa ini sampai bulan isolasi yang penduduk desa sebutkan berlalu bukan? Pilihan terbaik untuk saat ini dimiliki keduanya hanyalah menunggu, toh tubuh mereka juga tidak akan sanggup bertahan terlalu lama ditengah badai salju seperti sebelumnya. Alih-alih menemukan Fang dan lainnya mungkin keduanya malah akan mati membeku.

"Nek kita hampir tidak memiliki bahan makanan apapun di dapur!" seru Taufan dengan suara yang sedikit di keraskan mengingat posisi keduanya saat ini cukup berjauhan.

"Benarkah nenek benar-benar tidak sadar.." gumam wanita tua itu berjalan menghampiri Taufan dan meneriksa secara langsung stok makanan mereka di dapur.

"Maaf.. ini pasti karena nenek menampung kami, jadi makanan di dapur jadi cepat habis" gumam Taufan dengan suara yang cukup lirih, jelas elemen angin itu merasa bersalah karena keberadaannya sudah merepotkan orang lain.

"Jangan bicara seperti itu, karena ada kalian nenek jadi tidak kesepian lagi. Daripada berpikir seperti itu, tolong belilah bahan-bahan makanan, sekarang juga sudah pagi pasar pasti sudah buka" ucap wanita tua itu seraya memberikan daftar belanjaan dan sebuah tabung aneh pada Taufan.

Mendengar kata-kata wanita tua itu, dan melihat tabung aneh yang saat ini ada di tangannya Taufan tidak bisa untuk tidak tersadar akan situasinya saat ini. Dia sedang tidak ada dibumi, mata uang disini berbeda, dan saat ini bukanlah malam hari, melainkan pagi. "Baiklah nek, kalau begitu aku pergi dulu ya, katakan juga pada kakakku untuk jangan menyusul. Aku akan kembali secepatnya" ucap Taufan dengan senyum manisnya menyimpan daftar belanjaan dan tabung itu dalam saku pakaiannya.

'Tiba-tiba aku merindukan yang lain, kira-kira bagaimana kondisi mereka saat ini ya? Kuharap mereka baik-baik saja. Apakah mereka merasa khawatir karena aku dan Halilintar tidak mengabari mereka? Apakah Fang dan teman-temannya mengatakan pada yang lain jika aku dan Halilintar menghilang?' batin Taufan tidak bisa tidak memikirkan kakeknya, Ochobot, dan elemen-elemen lainnya yang saat ini sedang ada di bumi.

Padahal sebelumnya Taufan sudah berjanji pada Duri untuk menghubungi mereka lagi secepatnya, namun nampaknya takdir berkata lain. Jam tangannya rusak, jam tangan Halilintar hilang, dan mereka juga terpisah dari Fang dan lainnya hingga sepenuhnya kehilangan cara untuk menghubungi keluarga mereka di bumi.

"Taufan!!" seru Halilintar membuat langkah Taufan terhenti saat itu juga. Mata Taufan belum bisa beradaptasi sepenuhnya dengan lingkungan gelap seperti ini, namun sosok halilintar yang berlari kearahnya dengan tergesa-gesa tidak mungkin salah. "Mereka sudah pergi!!" ucap Halilintar begitu tiba didepan Taufan.

"Kita bicarakan di rumah, aku harus ke pasar terlebih dahulu" ucap Taufan jelas membuat guratan kemarahan terpampang jelas di wajah Halilintar. Meskipun begitu Taufan tidak terlalu mempedulikannya, dia harus pergi ke pasar sekarang, tempat saat ini juga bukanlah tempat baik untuk berbicara karena keduanya sedang berada di tengah jalan, dan yang terpenting adalah Taufan sudah tahu apa yang akan Halilintar sampaikan padanya.

Arah Angin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang