•SPESIAL 1•

216 32 5
                                    

Spesial chapter: Sebelum Boboiboy berpecah.
.
.
.

Perjalanan 1:
Menggenggam erat sebuah tabung yang terus menerus berkelap-kelip dengan 7 warna berbeda, sosok Taufan yang nampak sangat rapuh kini tidak bisa mempertahankan keseimbangan tubuhnya sendiri dan jatuh tersungkur menghantam jalanan yang saat ini basah akibat derasnya hujan yang meninggalkan banyak sekali genangan air.

Jika saja tidak mengingat tujuan utamanya saat ini, ingin rasanya elemen angin itu menutup matanya saja dan mengistirahatkan tubuhnya yang terasa sangat lelah dan sakit saat ini. Pakaian yang ia kenakan kotor dan basah, darah segar perlahan menetes dari hidungnya mengotori jalanan dengan darahnya yang kotor. Pada saat ini tidak ada satupun hal yang dipedulikan oleh elemental angin itu selain tabung di tangannya, dan karena tabung kecil itu pula saat ini elemen angin itu berada dalam kondisi yang sangat memprihatikan.

Berusaha memaksa setiap otot di tubuhnya untuk bekerja, Taufan mengabaikan segala rasa sakit yang di rasakannya saat ini. Lari. Lari. Lari. Kata itu terus menerus menggema dalam otaknya tanpa henti, karena itu bahkan meskipun tulang kakinya akan patah karena dipaksa berlari melebihi batasannya, maka dia tetap akan melakukannya dengan senang hati.

"Taufan!!! Jangan lari!!" seru dari sosok yang saat ini berusaha mati-matian Taufan hindari terdengar menggelegar bersamaan dengan suara langkah kakinya yang semakin lama semakin mendekat.

Taufan sekarang tidak memiliki waktu lagi untuk mengeluh, dia segera bangkit dan berlari sekuat tenaga berusaha mengabaikan teriakan di belakangnya yang memintanya untuk berhenti. Langkah demi langkah terus dia ambil, saat ini seluruh tubuhnya terasa mati rasa. Seluruh rasa sakit, dingin, dan nyeri yang sebelumnya menyiksanya kini telah hilang, namun pikirannya semakin lama semakin kosong bersamaan pula dengan pandangannya yang jadi semakin buram, dan gelap seiring berjalannya waktu.

Waktunya semakin menipis, kesadarannya nyari menghilang sepenuhnya, dan ada semakin banyak teriakan-teriakan yang memanggil namanya dan memintanya untuk berhenti. Tapi apa itu berhenti? Taufan tidak mungkin berhenti di detik-detik terakhir seperti ini, lagipula penderita yang saat ini dia rasakan tidaklah nyata... Penderitaan ini akan segera berakhir.

Pandangannya semakin gelap, dan dia nyaris tidak bisa melihat apa yang ada di depannya dengan benar, pada saat ini dunia di matanya hanyalah gambaran hitam dengan sedikit garis putih. Namun ditengah kegelapan yang nyaris saja menguasainya sepenuhnya, cahaya kebiruan terlihat di depan matanya.

Kini dia bisa berhenti berlari, dan dengan segenap kekuatannya yang tersisa dia melempar tabung yang selama ini ia pertahankan mati-matian kearah cahaya tersebut menciptakan sebuah ledakan yang dengan cepat mendorong tubuh rapuhnya ke belakang.

""TAUFAN!!!"" teriakan beberapa orang yang terdengar sangat khawatir menjadi hal terakhir yang dia dengar Setelah itu satu-satunya yang bisa di rasakan elemental angin itu hanyalah kekosongan, dan pembebasan dari segala rasa sakit yang sebelumnya ia rasakan.

Waktunya telah habis sekarang, dan jiwa yang awalnya terperangkap dalam raga kini telah di bebaskan. Jiwa kecil nan malang itu akhirnya mendapatkan kebebasannya setelah sekian lama berjuang dan berusaha bertahan di dunia penuh siksaan ini. Kekosongan kini mengulurkan tangannya dengan lebar menyambut kedatangannya, bersama dengan kekosongan Taufan tidak lagi perlu merasa takut akan terluka.

.

.

.

Kreekkk

"Taufan! Apa yang terjadi?!" seru remaja bertopi dino oranye itu dengan raut wajahnya yang nampak dipenuhi kekhawatiran yang sangat besar. Reaksi itu adalah reaksi yang sangat normal, bagaimanapun secara tiba-tiba Taufan muncul dari udara kosong dengan begitu banyak retakan yang terus merambat di tubuhnya.

Arah Angin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang