Pada awalnya semuanya hanyalah kegelapan, tidak ada apapun atau siapapun disana. Gelap, dan hampa, hanya ada kehampaan sejauh matanya memandang dan kini dia mulai bertanya-tanya, berapa lama dia berada di tempat ini? Sebagai satu-satunya keberadaan yang dapat di jumpai?
Dalam kehampaan ini, dia terjebak dalam penantian yang tidak pasti, menantikan sesuatu yang tidak pasti pula. Apa yang dia tunggu disini? Apa yang dia lakukan disini? Mengapa dia ada disini? Dan apa dia sebenarnya? Rasanya rangkaian pertanyaan tersebut terus menghantuinya tanpa batas, namun sebanyak apapun pertanyaan-pertanyaan itu menghantuinya, tidak ada jawaban yang mereka dapatkan.
Tubuhnya, atau lebih tepatnya keberadaannya terdiri dari hembusan angin. Di tempat inilah dia tercipta, sedikit demi sedikit dia dikumpulkan dan dibentuk sedemikian rupa hingga jadilah seperti ini. Tidak ada kepastian, dan tidak ada pula sosok yang siap memastikan semua ini untuknya, namun seolah-olah memang sudah di program seperti itu.. dia tahu, tujuannya ada hanyalah satu.
Apa tujuannya ada? Dia tidak memahami itu dengan pasti. Entahlah, lagipula dia tidak benar-benar memiliki keinginan disini, satu-satunya yang benar-benar dia lakukan hanyalah diam dan diam menunggu sesuatu terjadi.
Waktu terus berlalu dalam ketidakpastian, apakah waktu telah berlalu sangat lama, atau justru hanya sebentar? Tidak ada jawaban pasti dari pernyataan tersebut.
Cahaya akhirnya tiba, muncul bagaikan sebuah pembebasan untuknya, sesosok wanita cantik yang anggun itu adalah hal pertama yang dia lihat selain kekosongan tak terbatas ini. Dengan sedikit dorongan yang muncul dari tempat yang telah menampungnya selama ini, sedikit demi sedikit bagian dari dirinya menyatu dengan wanita itu.
Kini segalanya telah berubah, tujuannya telah di tentukan, dan bersamaan dengan itu pula kekosongan di sekitarnya berubah menjadi sesuatu yang sangat beragam.
Jika dirinya merupakan mahluk hidup, maka hari ini merupakan hari pertamanya melihat dunia. Bagaikan bayi yang akhirnya terlahir ke dunia setelah sekian lama di kandungan dalam perut ibunya, atau seekor burung yang akhirnya keluar dari cangkang telurnya. Bolehkan dirinya menyamakan dirinya sendiri dengan semua bentuk kehidupan itu?
Dia tidak tahu apapun, dia benar-benar tidak tahu ataupun mengerti. Intinya dia harus melayani orang yang menjadi tuannya sekarang bukan? Kalau begitu ia akan melakukan yang terbaik untuknya seperti yang diinginkan darinya.
Waktu terus berlalu, dan ada begitu banyak perubahan terjadi padanya, ini merupakan sesuatu yang mereka panggil sebuah peningkatan, dan apa yang dia panggil sebagai suatu keutuhan. 'Kekuatan elemen tahap 1 Angin, Kekuatan elemen tahap 2 Taufan, kekuatan elemen tahap 3 Beliung' namanya berubah sesuai dengan besarnya kekuatan yang dia berikan pada tuannya.
Tuannya adalah orang yang sangat handal, dan baik. Nama tuannya adalah Kuputeri, seorang wanita yang sangat cantik, anggun, berwibawa, dan bijaksana. Seorang pemimpin yang mengayomi rakyatnya, itulah kesan yang dia dapatkan tentang tuannya.
Semuanya berjalan dengan damai, dan dia benar-benar menikmati tontonan yang dia dapatkan selama ini. Setidaknya begitulah sampai rasa sakit yang tidak tertahankan itu akhirnya tiba.
............
"Maaf Taufan, apakah kau menunggu lama?" tanya Boboiboy dengan wajah tidak enak setelah akhir percakapan panjang antara dirinya dan kakeknya berakhir.
"Jangan khawatir, waktu itu relatif" ucap Taufan menyambut kedatangan Boboiboy dengan senyum lembutnya, di tempat ini, satu-satunya tempat dimana dirinya bisa utuh, satu-satunya tempat dimana dirinya bisa dengan leluasa berbicara dengan Boboiboy, satu-satunya tempat yang hanya mereka berdua lah yang bisa akses.
"Sungguh, aku minta maaf padahal kau terdengar sangat serius sebelumnya tapi aku... Ah lupakan, jadi apa maksudmu sebelumnya?" tanya Boboiboy berusaha menyembunyikan rasa khawatirnya yang muncul ketika otaknya kembali memutar ulang kenangan saat Taufan berbicara dengan sangat emosional sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arah Angin
FanfictionSebagai bentuk dari sebuah kekuatan, sang elemental angin yang saat ini dikenal dengan nama Taufan tentunya tidak terikat dalam konsep kehidupan dan kematian, dia bukanlah mahluk hidup, dia tidak tercipta dengan emosi ataupun keinginan, dia hanyalah...