Seolah-olah tenggelam dalam pikirannya sendiri, Boboiboy terdiam mematung selama beberapa saat tanpa bergerak sedikitpun dengan kepala tertunduk ke bawah. Namun meskipun terlihat begitu, saat sebuah serangan secara tiba-tiba menuju kearahnya, tubuhnya bergerak dengan sangat mudah untuk menghindar. "Sepertinya tidak ada cara lain selain menjadi nekad" ucap remaja laki-laki itu sembari tersenyum tipis pada sosok yang baru saja mengirimkan serangan padanya.
Rasanya benar-benar nostalgia, rasanya sudah lama sekali semenjak Boboiboy melawannya, dan kini dia kembali melawannya lagi. Saat lawannya melesat dengan kecepatan kilat ke arahnya dengan pedang halilintar di tangannya, lagi-lagi Boboiboy menghindarinya dengan sempurna, saat lawannya menunjukkan cela, Boboiboy tanpa keraguan sedikitpun menggunakan bola Taufan untuk menyerang musuhnya.
Lagi dan lagi rasa nostalgia memenuhi pikiran Boboiboy, caranya menghindar dan menyerang balik tidak bisa untuk tidak membuatnya mengenang kembali saat-saat dia pertama kali membangkitkan elemental Taufan.
Bedanya jika dulu dia berhadapan dengan dirinya sendiri versi elemental, maka kini dia berhadapan dengan peniru dirinya yang sempat dianggap sempurna...... Boboibot.
Boboiboy tidak pernah menduga jika Adudu akan kembali menciptakan Boboibot, padahal dulu alien berkepala kotak itu sudah di khianati oleh robot itu karena ya kesalahannya sendiri sih. Tapi ya melihat situasinya saat ini Boboiboy tidak terlalu terkejut, bagaimanapun Adudu saat ini bukanlah dirinya sendiri, Boboiboy bahkan belum melihat Prob disini.
"Setelah di lihat-lihat, nampaknya Boboibot kali ini sedikit berbeda ya? Aku rasa kau tidak selemah ini dulu" ucap Boboiboy pada robot tiruannya dengan nada merendahkan. Jika saja robot itu sama dengan apa yang dulu ia hadapi saat masih kecil, maka kali ini robot itu pasti tidak akan diam saja setelah mendengar provokasi Boboiboy, namun nyatanya itu tidak pernah terjadi disini.
Robot itu sangatlah tenang dan tidak terpengaruh sedikitpun oleh provokasinya, inilah robot yang sesungguhnya bukan? Hidup tanpa hati dan keinginan, sepenuhnya tunduk pada penciptanya dan hanya melakukan apa yang di perintahkan tanpa sedikitpun pikiran untuk membantah atau menolak.
Situasi Boboiboy saat ini benar-benar tidak menguntungkan, Boboiboy tidak bisa menggunakan kekuatannya secara sembarangan, dan disaat bersamaan dia juga harus memastikan jika serangan dari Boboibot tidak akan menimbulkan kerusakan besar, terutama korban.
Seolah-olah memang ingin membuat Boboiboy semakin kesulitan, robot peniru itu tanpa keraguan sedikitpun melempar pedang halilintarnya ke langit membuat langit yang awalnya cerah seketika itu juga berubah menjadi gelap. "Oh tidak..." gumam Boboiboy dengan wajah pucat pasi sebelum ribuan pedang halilintar berjatuhan dalam bentuk hujan.
"Boboiboy robot peniru itu berbeda dengan robot yang dulu kau lawan, dia nyaris tidak memiliki kelemahan apapun" ucap Taufan yang sebelumnya hanya diam mengungkapkan hasil analisisnya. Tentu saja setelah mendengar apa yang Taufan sampaikan, Boboiboy kini hanya bisa tersenyum kecut. Dia jelas tidak bisa menggunakan rencana yang sama seperti dulu, atau setidaknya menggunakan rencana serupa untuk menjatuhkannya.
"Perisai taufan!" teriak Boboiboy mengelilingi dirinya sendiri dengan perisai Taufan tepat sebelum serangan bersekala besar itu menerpanya.
Perisai taufan dan hujan pedang halilintar saling beradu kekuatan, Boboiboy yang berada dalam perisai taufan sepenuhnya terlindungi dari serangan tersebut, namun remaja laki-laki itu tidak bisa melihat apapun. Kilatan cahaya yang dihasilkan oleh serangan Boboibot telah mengganggu pandangannya, belum lagi Boboiboy juga harus mempertahankan perisai taufannya dalam waktu yang cukup lama.
Menggunakan perisai taufan memang bukanlah pilihan terbaik, Boboiboy tahu itu dengan sangat baik. Jika dalam pertahanan, tentu saja elemen gempa adalah yang terbaik, namun disini dia tidak memiliki kesempatan untuk menggunakannya. Bahkan jikapun Boboiboy diberi kesempatan, dia juga tidak bisa menggunakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arah Angin
FanfictionSebagai bentuk dari sebuah kekuatan, sang elemental angin yang saat ini dikenal dengan nama Taufan tentunya tidak terikat dalam konsep kehidupan dan kematian, dia bukanlah mahluk hidup, dia tidak tercipta dengan emosi ataupun keinginan, dia hanyalah...