35. Epilog

128 6 2
                                    

Pada dasarnya manusia itu harus kehilangan dulu, supaya sadar
akan berharganya seseorang
Hello The Past.

4 bulan kemudian...

Tidak terasa waktu berjalan cukup cepat, kabar Indah sudah tidak pernah Aga, cewek itu mengabulkan permintaannya untuk tidak menghubunginya lagi.

Aga sekarang benar-benar fokus dengan pendidikannya, tidak pernah ada lagi terlintas di pikirannya untuk mengenal cinta.

"Laporan lo udah selesai belum?" Tanya Arif.

"Udah, kenapa?"

"Liat dong, ini hasilnya gimana?" Arif menyodorkan bukunya pada Aga.

Aga pun menjelaskan rumusnya ke Arif "Makanya jangan sibuk main game!" ucapnya, lalu menoyor kepala temannya itu.

Arif terkekeh "Iya, sorry cok," cowok itu mulai mengerjakan sesuai rumus yang Aga jelaskan.

Setelah selesai kelas Aga kembali ke rumahnya untuk istirahat sebentar setelah menjalani perkuliahan, ia akan pergi mengantar pesanan nanti setelah tidur sebentar. Dia menatap fotonya dan Rea yang ada di meja belajarnya. Senyum Rea yang terpancar di foto membuat hati Aga sedikit berdesir.

"Rea apa kabar ya?" gumamnya, dalam hati.

Tiga bulan ini memang Aga belum pernah lagi berpas-pasan dengan cewek itu, terakhir dia bertemu Rea saat di perpus. Rea tak berubah, tetap ramah padanya, mereka cukup lama mengobrol kala itu sampai Rea di jemput oleh pacarnya. Andai dia bisa lebih lama lagi mengobrol dengan gadis itu.

Aga menepis hal aneh yang tiba-tiba muncul di pikirannya, cowok itu bangkit dari kursinya. Dia mengambil foto Rea dan dirinya, meletakkannya di laci mejanya.

"Mending narik deh," ucapnya. Ia mengganti bajunya terlebih dahulu sebelum pergi mengambil pesanan.

Hidup tanpa percintaan memang menyenangkan karena tidak ada yang menganggu, tapi tidak munafik Aga juga kadang merasa kesepian. Aga mengeluarkan motornya dari garasi, memulai jalan untuk mengambil pesanan di sebuah restoran.

Sambil mengantri Aga bermain ponsel, melihat-lihat story teman-temannya. Setelah pesanannya selesai, Aga mengantar pesanan itu ke  sebuah rumah yang terletak tak jauh dari kampus.

"Terima kasih ya mas," ujar gadis yang Aga tidak tahu namanya, cewek itu mulai mengambil pesannya dari tangan Aga.

"Sama-sama mbak," jawab Aga sambil tersenyum ramah.

Gadis berambut sebahu itu, menatap Aga dari atas sampai bawah "Kamu mahasiswa kampus Nusa Indah kan?"  tanyanya.

Aga mengernyit, darimana cewek itu tahu? "Iya mbak" jawabnya sopan.

"Aku juga darisana, rasanya aku pernah liat kamu deh."

"Salah liat kali, yaudah duluan ya mbak, masih banyak pesanan nih" dalihnya. Dengan cepat Aga pergi dari sana, malas berinteraksi dengan teman sekampus atau bisa di bilang takut sama seperti Rea lagi, dan dia tidak mau itu terjadi.

Bagi Aga sekarang bukan saatnya memulai hubungan baru, dia akan mencoba memulai semua dari awal saat dirinya belum sembuh, tidak perlu tergesa-gesa cukup menikmati alurnya saja. Dengan siapapun dia nantinya, dia akan terima asal tidak datang sekarang.

Hello The Past [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang