22. Berduka

77 7 3
                                    

Sakit yang paling sakit adalah
ketika kit sadar kalau orang
yang kita sayang sudah
tidak berada di bumi
Hello The Past.

Hari yang paling menegangkan hari ini terjadi, tau hari apa? Iya hari dimana mereka akan melakukan ujian akhir semester. Aga harus berusaha menyelesaikan seluruh laporan prakteknya dan melakukan ujian tertulis, jika sudah selesai semua ia sudah bisa santai.

Saking sibuknya dia mengejar target agar laporannya cepat selesai, ia sampai tidak ada waktu buat bertemu Indah, tapi Aga selalu memberi kabar dengan chat atau post a picture atau yang biasa orang sebut pap.

"Akhirnya kelar" Aga berdiri dari duduknya, ia meregangkan ototnya "Gila keren banget gue, laporan tulisan tangan begini selesai dalam semalam" pujinya pada dirinya sendiri.

Butuh perjuangan untuk menyelesaikan laporannya itu, di saat semua temannya memilih santai terlebih dahulu, Aga mengerjakan laporannya itu secara ugal-ugalan supaya bisa santai. Ia berharap laporannya ini langsung di acc supaya tidak perlu melakukan revisi lagi.

Aga mengangkat kedua tangannya, untuk berdoa "Ya Allah semoga besok langsung acc."

***

Rea menggeliat baru saja dia bisa tidur setelah belajar, Ruli malah membangunkannya "Kenapa sih bang?" Tanyanya dengan suara khas bangun tidur. Ia bangun dari baringnya lalu mengucek-ucek matanya.

Ruli langsung memeluknya, membuat Rea mengernyit "Jangan kaget ya dek," ujar Ruli. Membuat Rea semakin bingung, "Papi sama kak Sabrina kecelakaan, papi meninggal di tempat sedangkan kak Sabrina luka parah" sambung Ruli.

Rea melepas pelukan, ia menggeleng tak percaya "Enggak mungkin lah, baru aja kemarin kan kita telponan sama papi dan ngerencanain buat liburan bareng ke bali" katanya tak percaya. Rivano sudah berjanji akan mengerjakannya liburan setelah final test nya berakhir.

Air mata mengalir keluar dari mata Rea, ia masih tidak percaya dengan ucapan abangnya itu.

Ruli menggengam tangan Rea "Re, abang mau ke amerika pagi ini."

"Aku ikut!" ujarnya.

Namun Ruli menggeleng "Kamu disini aja, siapin pengajian karena abang bakal bawah papi kesini dan kita makamin di samping mami" jelasnya, mencoba memberi pengertian supaya adiknya itu mengerti dan mau melaksanakan yang dia ucapkan.

"Tapi kak..."

"Enggak Re, kalau kamu ikut siapa disini yang bakal siapin pengajian? Kita enggak punya asisten rumah tangga" bantah Ruli.

Rea menghela napas berat "Yaudah, oke" pasrahnya. Rasanya ia ingin pingsan sekarang memikirkan papi dan kakaknya, yang berada di negara lain.

Ruli mengacak rambut adiknya itu lembut "Good girl, nanti di bantu sama Raina dan Selle."

***

Berita tentang kecelakaan yang menimpa Rivano, papi Rea terdengar di telinga Aga. Ia mendengar kabar itu dari Arif "Ah iya nomor gue di blok Rea" ucap Aga, saat sadar Rea di kontaknya tidak mempunyai foto profil dan bio.

"Kasihan" ledek Arif.

"Terus dia turun ke sekolah enggak?" Tanya Aga pada Arif.

Arif mengedikkan bahunya, mana dia tahu tentang itu.

"Yaudah, gue duluan ya" Aga menepuk pundak Arif, lalu pergi dari kelas. Kelas sudah selesai, jadi dia bisa pergi sekarang.

Hello The Past [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang