Satu

267 17 9
                                    

Seoul, 24 May 2021

Menfess today!

| Hai sayangku, Lino! Aku kangen banget sama kamu padahal baru aja ketemu. Kamu cintaku dan nafasku setiap hari, jadi ayo habiskan musim panas ini bersama xixixi

Lino berdecak malas, bangun-bangun lihat notif ponselnya dipenuhi oleh cibiran berkat salah satu postingan menfess yang menyebutkan dirinya. Dan semua itu berisi teguran dari ciwi-ciwi kelasnya yang mendambakan ketampanan seorang Hwang Hyunjin, teman sebangku sekaligus teman kecilnya.

Dasar jamet, rutuk Lino dalam hati. Ia tahu siapa orang di balik kiriman menfess menggelikan barusan.

Baru ia sadari bahwa sudah sekitar satu jam ia terlelap di kelas. Beruntung ia duduk paling belakang, jadi tak terlalu terlihat oleh guru.

Melirik ke kursi samping, teman kampretnya sudah hilang entah ke mana. Tak lama, ponselnya berdering kencang.

Sial. Lino lupa silent ponselnya. Jadi ia harus melesat ke kolong meja sebelum seisi kelas memaki dirinya.

Saat telepon diangkat, suara si penelpon terdengar panik. "Cabut cabut, ada pelanggan."

"Kamu gila, ya? Sebentar lagi pengayaan sejarah. Gak usah aneh-aneh, cepet balik."

"No, kamu gak inget? Kita itu tulang ekor di panti. Cuma kita harapan mereka."

"Tulang punggung! Hadeh, makanya punya bibir jangan ketebelan." Lino memijat pangkal hidungnya setelah puas menguapkan rasa kantuk. Iris coklatnya yang sedikit berair memutar malas. "Mending kamu yang balik, gak pegel nongkrong terus di WC?"

Merasa tak ada titik terang, pria di seberang sana menyahut, "Kalau gitu, tunggu aku."

"Jin... Jinn?" Feeling Lino tidak enak setelah telepon ditutup sepihak. Hyunjin bukan orang yang akan menyerah begitu saja, pasti ada sesuatu yang sedang dikerjakannya.

Lino terus melayangkan panggilan meski tak dijawab, tak lama suara dobrakan pintu terdengar dari luar. Pintu pun terbuka lebar, dari baliknya muncul Hyunjin yang tanpa dosa menatap ke arah Lino.

"Lino, rumahmu kebakaran!"

Bangsat, gak kira-kira boongnya. Rasanya Lino ingin mati saja, mukanya mau taruh di mana sekarang? Apalagi pria itu bawa-bawa nama dirinya.

Semua siswa pun panik, terlebih guru yang sedang tenang mengajar. Namun tampaknya ekspresi guru itu lebih ingin menerkam siswanya itu. "Hyunjin, bisa tolong gak ngaggetin saya? Sekali lagi kamu begitu, saya bisa mati jantungan."

"Ya udah, mau saya ulang nih?" tantang Hyunjin ingin berbalik menuju pintu yang sudah agak koyak akibat tendangannya.

"Hyunjin!" amuk pria kepala empat itu, menghentikan pergerakan iseng Hyunjin. "Kamu bener-bener ya, ada aja gebrakannya tiap hari."

"Pak, ini rumah Lino beneran kebakaran. Nanti saya kabarin deh kalo ketemu janda komplek yang suka lewat depan rumah. Pamit dulu ya, Pak," finalnya sembari menarik Lino kabur bersamanya. Meninggalkan suasana kelas yang sudah porak poranda.

Sudah biasa. Lino tak begitu terkejut dengan kejadian hari ini. Hyunjin si gila yang punya segudang ide absurd harus bergumul dengan Lino si manusia pasrah dengan apapun yang terjadi di hidupnya.

When The Summer Ends; HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang