Sebelas

81 10 15
                                    

Rules!
Berperanlah sebagai teman dekatku, temui teman-temanku dan masuk ke dalam obrolan mereka. Misi akan dianggap berhasil jika kalian bisa menebak yang mana aku dan memberikan obatnya padaku. Selamat bermain!

Begitulah kira-kira isi chat pelanggan konglomerat muda kali ini. Dan mereka kini sudah tiba di tujuan.

Lino sudah memakai kemeja dengan balutan jas, begitupun Hyunjin yang berpakaian formal layaknya orang penting yang sedang menikmati waktu senggangnya di Bar.

Baru membuka pintu masuk, sudah terdengar suara musik yang keras. Sepanjang mata memandang, banyak wanita yang pamerkan lekuk tubuh mereka, sedang yang pria asik menikmati tiap sentuhan yang diberikan wanita-wanita itu. Ada pula pasangan-pasangan yang tengah bercumbu di tiap sudut ruangan, seolah malam ini mereka bisa melakukan apa saja untuk puaskan hasrat mereka.

Berbeda dengan kumpulan pemuda konglomerat berpakaian jas yang sedang asik mengobrol dengan botol-botol alkohol berjajar di tengah mereka. Mereka tampak tak tertarik dengan sekitar dan hanya mengobrol biasa.

Merasa target mereka sudah dekat, Hyunjin berbisik pelan pada Lino, coba kalahkan kencangnya musik disko. "Selama di sini, kamu harus selalu di dekatku. Jangan pernah ke mana-mana."

Lino mengangguk paham, kemudian mengikuti Hyunjin dekati kumpulan pemuda itu. Ada lima orang berkumpul di sana, sepertinya bukan pemuda seumuran mereka, lebih seperti mahasiswa bergaya hedon yang sedang menikmati waktu senggang mereka di Bar.

Orang pertama yang menyadari kehadiran mereka, menyambut dengan senyum hangat. "Hai, kau pasti Sam! Dan ini.... " Matanya melirik ke Lino yang digandeng di belakang. "Siapa yang kau bawa ini?"

Karena kedatangan mereka, pemuda-pemuda itu meninggalkan kesibukan mereka yang semula hanya sekadar minum maupun membuka ponsel. Dapat terasa semua mata kini tertuju pada Lino yang menunduk malu sembari memilin ujung jasnya.

"Wahh siapa adik gemas ini, aku baru lihat. Pinter juga Sam nyarinya," timpal yang lain seolah sudah kenal lama dengan Hyunjin, padahal hanya tahu beberapa menit yang lalu lewat teman mereka, alias pelanggan yang memesan obat.

Hyunjin persilahkan Lino duduk di dekatnya, ia tak rela pria itu jauh-jauh darinya di tempat seperti ini. Fokusnya kembali teralih pada mereka. "Ini temanku, namanya... "

"Eitss aku mau dengar dari dianya langsung," sanggah yang paling tua di sana. Buat Lino merasa terpanggil dan mendadak kikuk karena menjadi pusat perhatian oleh lima pasang mata asing.

Meski takut setengah mati, tangan Lino beranikan diri melambai kecil ke arah mereka. Otaknya memutar cepat, menyamarkan nama aslinya. Sementara dahinya mulai berkeringat. "Na-namaku Delino. Salam kenal semua."

"Sudah ku tebak suaranya akan seimut ini." Girang yang duduk di dekat Lino. Tatapannya berbinar dan penuh penasaran. "Gimana kalau kita panggil Ino aja? Gemas juga, lebih sesuai dengan wajahmu."

Lino garuk tengkuknya yang tak gatal, merasa tak keberatan. "A-ah iya terserah Kakak aja." Melihat Lino tersenyum malu-malu, semua yang memandang langsung terhipnotis dengan manisnya. Kelihatan sekali Lino gugup diperhatikan mereka, tapi justru itulah yang membuatnya tambah imut.

Mampus, aku lupa cari tahu kalau mereka ini doyan laki-laki juga, batin Hyunjin bergantian menatap mereka dengan ngeri satu persatu. Mau membawa Lino kabur pun sudah terlambat, kini mereka sudah masuk ke dalam sarang monster.

"Kalau dipanggil kitten waktu main, mau?" lancang salah seorang pria berbadan kekar, kemudian disambut tawa ringan teman-temannya.

Lino justru bingung, kedua mata beningnya berkelip cepat. "Main apa, Kak?"

When The Summer Ends; HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang