Dua

231 17 17
                                    

Buaakhh!

Hantaman keras menyambar pipi Hyunjin di pintu masuk, tubuhnya yang limbung akhirnya tersungkur, ringis yang tertahan menjelaskan seberapa perih denyut yang menjalar. Dan tentu, pria yang sedang naik pitam itu adalah atasan mereka, menuntut kerugian atas barang yang tak sampai ke pelanggannya.

Usai dipukul, tatap Hyunjin langsung tertuju ke arah Lino yang ada di belakangnya, takut pria itu akan jadi sasaran selanjutnya.

"Salah antar obat." Tawa mengerikan serta tepuk tangan menggelegar. "Kalian tau 'kan aku benci dengan kegagalan?" tanya pria matang dengan atmosfer menyeramkan. Mengelilingi mereka sembari genggam tambang berukuran besar. "CCTV kalian tersebar berkat seragam sekolah sialan ini."

Pria itu berjongkok menatap Hyunjin. Dalam sekali hentak, tangannya cengkeram dan robek seragam yang dikenakan pria muda itu. Kini kancing-kancingnya berjatuhan di marmer, tak ada sehelai benang lagi yang tutupi bagian atas tubuhnya.

Pria matang itu kembali berjalan santai, tambangnya yang menjuntai ke lantai diseret pelan. "Kalian akan dilindungi, tapi ingat, ini kulakukan hanya demi keselamatan bisnisku sendiri. Lain kali, kesalahan bodoh seperti ini tak akan ku maafkan."

Pria itu berhenti berputar, matanya nyalang ke arah Hyunjin yang menunduk segan. "Obatnya gak murah, mendapat pelanggan juga sulit. Tapi sekarang satu pelanggan hilang, ada yang bisa menggantinya?"

Ia beralih dekati Lino usai melirik ke arah mana mata Hyunjin mengawasi. Untaiannya pelan tapi tak gagal buat mangsanya takut. Tangannya pun belai rambut Lino, lama kelamaan belaiannya berubah menjadi cengkeraman yang menyakitkan. Kepala Lino pun mendongak ikuti si penarik yang kini berdiri. "Tepat sekali, hukuman."

Tangan pria itu sudah siap memecut dengan tambang, sayangnya Hyunjin maju menahan kibasan tangan yang terangkat. "Maaf, ini semua murni kesalahanku. Jadi hukum saja aku."

Amarah pria yang lebih tua semakin memuncak. "Siapa bilang ini kesalahan satu orang? Kalian berdua sama-sama merugikan!"

"Kalau gitu hukuman Lino biar aku yang tanggung! Tolong jangan sakiti dia." Hyunjin berlutut, kepalanya menunduk amat rendah di hadapan Pemurka.

"Jin.... " Sorot mata Lino berkaca-kaca, kepalanya menggeleng tegas, tanda tak setuju.

Pria matang itu tergelak lucu melihat pertunjukan drama yang mengharukan, dua bocah yang dipekerjakannya sebagai kurir narkoba ini tampaknya tak mengerti seberapa fatal kesalahan mereka tadi. "Setidaknya kalian bersyukur tidak membusuk di penjara."

Sebisa mungkin Lino tarik Hyunjin tuk pergi dari sana, namun Hyunjin meyakinkan temannya, "Pulang duluan aja, nanti aku nyusul."

"Gak mau! Kita harus pulang sekarang!"

Tak lama ada seorang suruhan yang menyeret Lino keluar dari sana. Meski sudah memberontak, tenaganya tetap kalah jauh dari pria kekar itu.

Setelah pintu ditutup, terdengar bunyi pecutan dan suara erangan Hyunjin, buat Lino berteriak histeris sambil memukul-mukul pintu. "BUKAA! TOLONG BUKA!"

 "BUKAA! TOLONG BUKA!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
When The Summer Ends; HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang