Tujuh Belas

36 6 1
                                    

Semalam Hyunjin pulang larut malam, mereka tak sempat bertemu karena Lino sudah tidur duluan. Pagi ini pun pria itu berangkat lebih awal dari biasanya, sampai Lino tidak tahu kapan dia berangkat.

Tadi selama pelajaran, Hyunjin belum juga memulai obrolan dengannya. Lino jadi makin merasa tidak tenang dan terus dihantui rasa bersalah. Ini kali pertama mereka ribut besar, dan Lino tahu ini salahnya karena sudah melibatkan perasaan dalam pertemanan mereka.

Dalam perjalanannya ke lapangan, Seungmin hampiri Lino sambil membawa buku dan menyelipkan ke tangannya tanpa permisi. Saat menoleh, wajah maskulinnya tercetak gembira. Sepertinya Seungmin sudah mulai hapal kebiasannya nongkrong di Lapangan.

Langkah Lino mendadak kaku saat melihat Hyunjin ternyata juga ada di sana, tengah bermain skate sembari menikmati sekaleng soda sendirian. Bisa-bisanya ia lupa kalau tempat itu juga tempat favorit Hyunjin saat istirahat.

"Kamu nggak apa-apa?" Seungmin bingung karena Lino mendadak pucat.

Lino mengangguk patah-patah. "I-iya. Kita bisa cari tempat lain nggak? Kayaknya di situ terlalu panas."

Meski terlambat menyadari kehadiran Hyunjin, Seungmin justru berkebalikan dari Lino yang ingin sekali kabur ke tempat lain.

Dengan satu tarikan, Lino sudah dibawanya duduk di tepi lapangan.

Lino yang awalnya mengamati Hyunjin bermain langsung pura-pura sibuk membaca buku saat pria itu menotis keberadaannya. Pura-pura tenang dan bersikap anggun seolah orang buta, padahal dalam hati sibuk mengutuk Seungmin yang dengan kurang ajar sengaja mengajak duduk di sini.

"Bukumu terbalik, apa yang mau dibaca?"

Sial, Seungmin menegurnya keras-keras. Duduk di sini saja sudah cukup malu, di tambah ditegur dengan tak berperasaan. Kalau Hyunjin dengar, mukanya mau ditaruh mana sekarang?

Hyunjin tak mungkin tak tahu, dari awal Lino berdiri di luar lapangan memandanginya saja ia sudah menyadari pria itu. Tapi ia cuek saja, belajar menjauhi pemuda yang sudah mengusirnya kemarin.

Namun melihat Seungmin kini membantu Lino benarkan letak buku sambil bercanda akrab satu sama lain, entah mengapa hatinya kembali panas. Tergurat senyum yang masih sangat indah di matanya, sayang alasan senyumnya sekarang adalah pria lain.

Hyunjin tak ikhlas. Bisa-bisanya dua orang itu bersikap romantis di depannya, sedangkan dunia masih terasa hancur baginya.

Kedekatan mereka menimbulkan muak, sehingga ia berhenti di tengah permainan dan pergi melewati mereka begitu saja.

Lino berusaha baik-baik saja dengan itu dan mencoba mewajarkan sikap Hyunjin. Entah, apa hari ini ia bisa fokus belajar dengan situasi seperti ini.

Lino bersemangat menuju kursinya, membaca dan bercanda dengan Seungmin membuatnya dahaga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lino bersemangat menuju kursinya, membaca dan bercanda dengan Seungmin membuatnya dahaga. Biasanya di tengah siang bolong begini Hyunjin sudah menaruh susu strawberry di meja.

When The Summer Ends; HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang