Dua Puluh Satu

126 7 1
                                    


Mature content

Bocil-bocil kematian harap menyingkir!











"Kumohon cium aku lagi... buat aku tenang malam ini."

Hyunjin mengerjapkan mata berulang kali, seketika tatapannya terkunci pada bibir merah muda di depannya. Namun alih-alih mendekat, ia justru tarik mundur wajahnya lagi. Mati-matian hilangkan rasa inginnya mencumbu pria itu.

Lino yang mengerti tak biarkan pria itu menjauh darinya. Ia duduk tanpa permisi ke pangkuan Hyunjin, melipat kedua kakinya ke belakang hingga membentuk huruf M, lalu kecup singkat bibirnya.

Telinga Hyunjin memerah berkat perlakuan Lino, apalagi lihat senyum smirk yang seakan goda dirinya.

"No, kamu marah banget waktu rumor itu tersebar. Kamu homofobia, kan?"

"Who said?" Tangan Lino menyugar rambut Hyunjin ke belakang, kemudian hinggap ke dinding sebelah Hyunjin. "Aku marah karena rumor itu gak bener, yang bener itu aku sama kamu."

"Gaboleh! Kamu bilang sesama cowok-"

"Except you." Belum sempat Hyunjin melanjutkan ucapannya, Lino sudah bungkam bibir tebal di depannya. Membelit lidah pria yang selama ini banyak bicara. Sedikit kelegaan, akhirnya bisa menjawab kalau Lino juga menyukai seluruh kelancangan Hyunjin selama ini, ia suka cara Hyunjin mencintai dan melindunginya. Ia ingin bilang ini dari dulu, namun kalah oleh rasa gengsi.

Debaran jantung keduanya berpacu seirama, seakan saling terkoneksi satu sama lain.

Tautan itu pun dilepas Lino, ia kalungi leher Hyunjin dan pandang ke dalam matanya. Ia berbisik, "Memangnya siapa yang tahan digoda setiap hari sama seorang Hwang Hyunjin?"

Seraya ciumannya turun ke tengkuk, Lino buka kancing kemeja Hyunjin satu persatu. Jarinya susuri ke balik kemeja polos tersebut, meremat dada bidang yang buat pemiliknya menggila.

Namun Hyunjin masih bisa tahan diri untuk tidak dikendalikan nafsu. Ia pun menghentikan tangan Lino sebelum semakin jauh. "Kamu yakin?"

Lino berpikir sejenak, lalu beringsut mundur dari pangkuan Hyunjin yang di wajahnya kini tergambar kekecewaan.

Lino ambil ikat rambut dari laci dan menguncir poni depannya ke atas. Ia pun berbalik dan kembali duduk di atas paha Hyunjin dengan manik lebarnya. "Udah lucu belum?"

Sang dominan melotot kaget, pemandangan di depannya terlalu gemas hingga ia kehabisan kata-kata untuk menjawab. Nyaris tak percaya, pria galak yang selalu digodanya setiap hari sekarang menyerahkan diri begitu saja?

Hyunjin mendorong pelan kedua bahu Lino yang mendekat, tatapannya menunduk ke bawah-buang pikiran kotornya jauh-jauh. "Lino kita nggak boleh begini."

"Gak usah bohong, punyamu udah keras di bawah. Mau aku bantu keluarin?" Hyunjin menyadari punyanya di bawah sana sudah sesak meminta dikeluarkan. Dan semua ini karena Lino sengaja duduk tepat di atasnya.

Lino pun tak kalah terangsang, ia bahkan sudah mencari friksi yang enak dari bawah sana sejak awal. Sialnya, pergerakan Lino yang tak tenang justru semakin buat Hyunjin tak tahan dan langsung membanting Lino di bawahnya. Kali ini ia yang melumat bibir Lino dengan kasar, mengungkung pria manis berkuncir imut yang sangat menggodanya malam ini.

Di tengah sibuk mereka, Hyunjin mengambil sekotak susu dan menyesap ke dalam mulutnya, kemudian salurkan ke dalam mulut Lino yang terbuka. Inilah saat yang tepat bibir Hyunjin bergerak intens, mengobrak-abrik seluruh isi mulut Lino yang sekarang manis strawberry. Jarinya pun tahan dagu Lino saat lidahnya mulai masuk gerayangi rongga mulutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

When The Summer Ends; HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang