Empat Belas

89 8 28
                                    

Lino menarik napas panjang melihat kedua pria di sampingnya sejak tadi sibuk perang mata. Belum lagi mendengar celetukan asal yang saling bersaing agar terlihat pintar di depan dirinya.

Menyudahi makannya, Lino mengambil langkah pergi tanpa embel-embel apapun. Ia pasrah saja saat dua pria itu membuntutinya ke Perpustakaan.

Anggap saja mereka tidak ada, sementara matanya fokus menelisik ke judul-judul buku yang terpajang.

Baru ingin menggapai buku di rak paling atas, Seungmin sigap mengambilkannya duluan. "Aku juga baca karya Schopenhauer, banyak sekali inspirasi yang bisa diambil dari sana, apalagi yang judulnya The Wisdom of Life."

Hyunjin melirik ambisius, kemudian dengan sengaja menyikut bukunya. "Ups, jatuh," Segera ia mencari buku lain untuk diberikan ke tangan Lino. "Nih, buku yang ini juga seru. Inspiratif banget bagi aku."

Alis Lino bertaut saat membaca judulnya. "Bocoran Pertanyaan Alam Kubur?"

"Plus kunci jawaban?" timpal Seungmin terbahak-bahak. "Jadi gak cukup tuh kemarin asal ngeblok jawaban ulangan?"

Hyunjin buru-buru merebut bukunya dan ikut terkejut setelah melihat judulnya. Siapa sangka buku yang diambilnya secara asal itu punya judul yang nyeleneh. Ia pun menelan ludah malu dan mengembalikan bukunya tanpa babibu.

Lino menggeleng pelan sembari lanjut memutari rak buku.

Didorong rasa kesal akibat ledekan Seungmin tadi, Hyunjin maju mengapit leher Seungmin sebelum pria itu sempat bersanding di samping Lino.

Ini kesempatan Hyunjin karena Lino sedang tidak melihat mereka. "Mampus, enak gak? Coba ketawa lagi."

"Aishh Lino bukan pacarmu, hakmu apa melarangku?"

Setelah berucap begitu, apitannya justru semakin kencang. Seungmin yang tak kuat kode menepuk-nepuk lengan Hyunjin yang benar-benar seperti akan membunuhnya, beruntung Lino segera duduk dan mengarahkan pandangan kepada mereka. Jadi mau tak mau Hyunjin harus melepaskannya dan bersikap seolah tak ada apa-apa.

Dua pria kurang kerjaan yang seharian mengikuti kemana inginnya Lino itu akhirnya duduk manis. Hyunjin di depan Lino, sementara Seungmin di sampingnya. Seketika keheningan lingkupi mereka yang sedang berpura-pura membaca buku.

Seungmin agak terganggu dengan posisi membaca Lino. Lembut ia sentuh tangan Lino yang sedang memegang buku, seraya bilang, “Jangan tegang gitu, relaks aja. Kalau pegang bukunya terlalu kuat, bisa bikin pergelangan tangan kamu cepat lelah. Coba, boleh nggak aku tunjukin caranya?”

"Oh, emang salah, ya?" Lino berkelip bingung, pasrah saja saat Seungmin membantu membenarkan letak jari-jarinya. Seungmin juga menambahkan satu tangannya lagi untuk bantu menegapkan posisi bahu Lino.

"Begini lebih enak, kan? Katanya cara ini juga bikin bacaannya lebih mengalir.... "

"Alah, modus! Kamu masih percaya sama siluman kodok ini?" Hyunjin menepis tangan Seungmin yang hinggapi tangan dan bahu Lino.

"Siluman kodok? Jelas lebih tampan aku, kan, No?"

"Iya, kalau dari penglihatan orang katarak!" serobot Hyunjin, lagi-lagi bertingkah seperti cewek lagi halangan.

Lino sampai meminta maaf pada orang-orang yang terganggu oleh suara mereka. Sesudahnya, barulah Lino memelototi mereka berdua. "Kalian semua sama aja, tau gak?! Udah diem!"

Tatkala Lino sudah fokus ke dalam bacaan, ada saja yang mencoba menganggunya. Seperti misalnya pertanyaan Hyunjin yang satu ini.

Hyunjin cengar-cengir, dagunya bertumpu pada kedua tangan yang ditumpuk di atas meja. "Kalau boleh tau, tipe pacarmu kira-kira yang gimana?" tanyanya halus. Ketika melirik ke Seungmin, nadanya kembali kasar. "Biar si setan ini tau diri."

When The Summer Ends; HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang