Dapat dipastikan perlakuan Jeongin inilah yang buat Lino kesal hingga pergi. Beruntung, Lino masih dapat dikejar di halaman depan.
"Lino!" panggil Hyunjin, tangan dinginnya genggam lengan Lino kuat-kuat saat berhasil dapat. "Maaf... maafin Jeongin, ya. Dia lagi sakit, mentalnya gak cukup stabil. Hidupnya divonis dokter sisa 4 bulan lagi."
Lino hanya diam menunggu, karena sejak tadi pun ia ingin jawaban.
"Jeo sakit kanker hati, udah masuk stadium menengah, tapi dia nggak mau kemo. Dia punya segalanya di rumah ini, tapi dia nggak punya orang yang peduli sama dia."
"Tapi kenapa harus kamu orangnya?" Entah mengapa pertanyaan itu lolos dari mulutnya, padahal ia juga tidak berhak bertanya begitu.
"Awalnya aku nggak mau tahu lebih jauh, tapi aku kasihan, No. Maaf... maaf banget kalau itu bikin kamu sakit hati."
Tiba-tiba Lino merasa lucu karena Hyunjin terlalu khawatir begini. Rasanya Lino ingin mencubit pipinya hingga merah. "Iya iya, kenapa sih wajahnya sampai begini? Jelek tau!" ledek Lino sembari cubit gemas pipi Hyunjin.
Seketika Hyunjin menegang. Cubitan kecil serta ekspresinya yang dianggap Lino lucu itu baru pertama kali Hyunjin dengar.
"Coba cubit lagi dong." Hyunjin seperti ketagihan dan mulai menaruh kedua tangan Lino di pipinya agar dicubit seperti tadi. Alih-alih dapat, pipinya malah dihadiahi tamparan pelan.
"Dasar modus!" cibir Lino ikut tertawa bersama, intonasinya kemudian kembali serius. "Iya, aku paham kok. Aku cuma... belum terbiasa aja. Aku yang harusnya minta maaf udah maksa kamu ajak aku ke sini."
Hyunjin mengacak gemas rambutnya karena Lino mau mengerti. Ia sangat takut kalau hubungan mereka jadi renggang karena kedekatannya dengan Jeongin.
"Yaudah, aku pergi dulu, ya. Ada janji," pamit Lino berlari kecil menjauhi Hyunjin.
"Janji sama siapa? Kalau sampai aneh-aneh, aku habisi orangnya!"
"Nanti ku ceritain." Lino menghilang setelah pergi menaiki taksi yang lewat.
Hyunjin berhembus lega, setidaknya ia tak jadi bertengkar dengan Lino. Tapi cubitan Lino di pipinya buat sudut bibirnya kembali naik. Dan mungkin saja marahnya Lino tadi karena ia sedang cemburu? Hyunjin terkekeh pada fantasinya sendiri sembari masuk ke dalam.
Hyunjin terkejut saat sudut matanya menangkap Jeongin yang sudah turun ke bawah untuk menunggunya, berdiri di belakang pintu dengan tatapan tak biasa. Dan mungkin saja, ia sudah melihat semua yang mereka lakukan tadi.
"Kak Lino itu siapanya Kak Hyunjin?" tanya Jeongin serius.
Lino mengecek arlojinya, saat Hyunjin tengah membujuk Jeongin tadi, mendadak ia kembali teringat akan notes pemberian pria asing yang pernah ditemuinya di perpustakaan. Lino agak penasaran dengan tujuannya membuat pertemuan, dan dari wajahnya yang tidak familiar itu, mungkin saja ia anak MIPA? Karena Lino tak pernah melihatnya di kawasan IPS.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Summer Ends; Hyunho
FanfictionHyunjin itu aneh. Kadang nyebelin, kadang ngangenin. Jametnya gak ketolongan pula, tapi Lino suka. Warning! • Prequel of "REPLAY" • Bxb *dom! Hyunjin Rank: #4 in Hyunknow Start: 10/08/24 End: - - Book 6 - ©thkiev, 2024