Tiga

129 16 14
                                    

Hyunjin baru datang bersama Lino, membawa skateboard mereka masing-masing ke dalam kelas yang masih sepi. Di seberang, ada Sunwoo dan Eric-si ketua kelas-yang tampak akan menggoda mereka berdua.

"Ada yang kemarin abis dihukum nih sama Pak bos," ledek Sunwoo setelah melihat lengan Hyunjin diperban, langkahnya bersemangat hampiri tempat duduk dua rekan kerjanya itu.

"Dasar bedebah sialan! Alamat yang kalian kirim gak bener. Aku sama Lino jadi nyasar ke kamar orang sekarat," maki Hyunjin, tak terima nasibnya nahas ulah kecerobohan mereka.

"Lagian ponselmu udah gak bisa dihubungi waktu pelanggannya konfirmasi pindah ruang rawat," Sunwoo membela diri. Tangannya iseng senggol lengan Hyunjin yang masih nyeri, hingga pria itu dihadiahi tamparan hangat oleh tangan satunya.

Daripada ikut kena tamparan juga, Eric malah lebih terpukau dengan lengan Lino yang mulus tak bercela. "Tapi aku iri sama Lino, dia punya Hyunjin yang selalu lindungin dia. Gak kayak si gila Sunwoo yang malah kabur ninggalin aku waktu ada bahaya."

Lino tersenyum kikuk tanggapi curhatan Eric. Dibalas oleh Sunwoo yang hanya cengar-cengir tak berdosa. "Kalau mereka 'kan memang ada hubungan, beda sama kita yang gak ada apa-apa."

"Ngaco, sesama cowok nggak bisa pacaran!" tegas Lino membantah sebelum pembahasannya berlanjut lebih jauh.

Hyunjin sergap bahu Lino dan perlihatkan senyum centil. "Gak usah malu gitu dong, Sayang. It's time to show."

Tak ada sama sekali sambutan baik yang terlihat dari wajah Lino. "Show matamu! Urus dulu tuh bibir biar nggak makin gede."

"Hei, kamu lupa? Bibir aku jadi gede kan karena kamu juga."

"Hyunjin!" Lino tak segan menginjak kaki Hyunjin lalu meninggalkan pria yang masih menahan suaranya mengeluarkan rintih kesakitan.

"Mampus!" Sunwoo tertawa terbahak-bahak melihat Lino menolaknya mentah-mentah. Untungnya, kali ini ia berhasil menghindari tamparan Hyunjin dan pergi menjauh.

Tak lama datang guru sejarah dengan wajah masam, dari desiran napasnya yang menderu sudah kelihatan maksud keedatangannya kemari ingin apa. "Kemarin Bapak sudah bilang, tugas pengayaan dikumpulkan waktu istirahat, ini kenapa meja Bapak masih kosong? Siapa yang sabotase informasi pengumpulannya?"

Manik guru itu sibuk meneliti satu persatu murid di sana. "Kamu ya, Hyunjin? Muka kamu cengar-cengir soalnya."

Hyunjin angkat kedua tangannya ke udara, terperangah tuduhan itu ditujukan padanya, tapi di sisi lain memaklumi juga karena dia 'orang tua'. "Masa lupa, Pak? Kemarin kan saya izin ke rumah janda-eh maksudnya ke rumah Lino."

"Boong aja itu, Pak. Hyunjin mah kelayapan ke OYO sama si Lino, goyang terus kerjaannya. Ya gak, Ric?" Sunwoo menyenggol si ketua kelas yang sejak tadi duduk anteng di depan, berusaha tak terlibat tapi si sialan itu malah membuatnya menonjol.

"Atau Sunwoo?"

Sunwoo langsung menggeleng cepat, mulutnya terkatup rapat dengan sedikit trauma.

Guru itu menggeleng heran, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada. "Dalam tiga detik, kalau tugas pengayaan belum juga dikumpulkan, keluar aja dari kelas saya."

Seketika seisi kelas gaduh, sebagian siswa yang rajin berlalu lalang mengumpulkan tugas, sementara sebagian lagi sibuk bertukar jawaban.

"Woy, lembarannya ilang satu! Siapa nih yang nyolong?" Hyunjin menggaruk kepala belakangnya lekas menyadari tugas yang dijokinya dari kelas lain hilang. Seisi tasnya sudah dijajarkan di atas meja, namun tak ada tanda-tanda lembarannya terselip.

When The Summer Ends; HyunhoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang