Mereka mangkir di tempat terdekat karena hujan sudah semakin deras, tak ada pilihan lain selain memasuki Bar yang ada di pinggir jalan raya.
"Pesan yang ringan, kamu keliatan kedinginan."
Lino menggeleng acuh setelah menyusul duduk di samping Seungmin. Di tengah riuh suara musik maupun obrolan orang, pandangan Lino kosong. Pikirannya berkelana jauh karena hujan membuat perasaannya sedikit melankolis tadi.
Seungmin tahu Lino menyimpan banyak cerita, ia pun memesan Bir sebagai pelengkap mereka malam ini.
Kontradiksi dengan jawabannya tadi, Lino justru langsung menenggak habis begitu bir-nya datang. Bahkan ia meminum milik Seungmin juga.
"Mas, dua lagi."
Seungmin tersenyum, kemudian mendekat ke sisi wajah Lino yang terlihat sangat putus asa. "Cinta memang nyusahin ya, andai kamu cintanya sama aku. Pasti nggak akan ku biarin kamu sesulit ini."
Lino menopang pelipisnya, wajahnya kini menghadap persis ke orang yang barusan bicara lalu menertawakan ucapannya barusan. "Cih, bercanda aja. Nggak mungkin orang kayak kamu belum punya."
Senyum Seungmin menipis. Ia teguk sloki yang baru diantar, kemudian menatap tepat di mata Lino yang setia menunggu jawaban. "Kamu tipeku banget, tapi sayang... cuma digantungin orang lain."
Lino berhenti menuang bir ketika lembut jari Seungmin susuri sudut wajahnya. "Orang setampan ini nggak pantes nunggu orang yang kurang berani dengan perasaannya. "
Merasa ini berlebihan, Lino sedikit mundur untuk menjaga jarak dari Seungmin. Pria yang dijauhi hanya terkekeh sembari lanjut minum bir.
"Beruntungnya Hyunjin, dan betapa nggak adilnya dia dikasih kamu padahal ada satu orang yang lebih kesepian di sini," ungkap Seungmin dengan kesungguhan. Disaat bersamaan, pesimis juga menyatu di hatinya.
Lino mengernyit bingung, tangannya meninggalkan gelas sloki dan beralih ke atas paha. "Maksudnya?"
"Aku suka kamu, Lino."
Untaian kalimat itu buat kepala Lino semakin kosong. Ia tercengang dengan wajah merah. Harus jawab apalagi sekarang? Mungkinkah Seungmin sedang bercanda?
Melihat gerik Lino yang sepertinya condong merasa takut, Seungmin meraih tangan Lino yang hampir berpindah posisi. "Aku tahu jawabannya, Lino. Dari matamu juga udah terlihat jelas. Nggak perlu dijawab lagi."
Bahkan satu pergerakan maju dari Seungmin buatnya mundur jika saja tidak langsung ditahan. Seungmin berbisik, "Aku bakal bantu kamu, aku janji."
Mata bulat Lino berkelip cepat. Irisnya menyingkir ke samping, tepat Seungmin membisikannya.
Entah mengapa mata Lino terasa panas, seperti ada air yang menyambut keluar. "Perasaan macam apa ini, sialan. Rasanya sakit banget." Pelan Lino pukuli dadanya, jika bisa sudah ia belah agar kelihatan isinya. Akhirnya ada satu orang yang memahami dirinya.
Seungmin memeluknya dan menjauhkan kepalan tangan Lino. Lino yang sembunyi dalam dekapan masih terus bercerita, "Iya aku bodoh, aku suka sama Hyunjin yang disukain banyak orang... aku nyari penyakit memang," lirihnya. Air mata terjun bebas dari pelupuknya seiring bertambahnya rasa pilu di hati. Beruntung jeritannya tersamar oleh bising di sekitar.
"Aku juga udah nahan perasaan ini, tapi nggak bisa. Aku sayang sama dia, dan rasa sayang itu lebih dari sekadar temen. Aku nggak tahu harus jujur ke siapa lagi, Min. Aku lelah bohong terus sama perasaan aku."
Seungmin mengusap punggung Lino yang mulai terisak. Dia sendiri tak kuasa menahan tangis karena cinta yang ia rasakan pada Lino.
Ia merasa Lino adalah orang yang selama ini ia cari dari antara musim yang tidak cocok. Namun Lino sendiri juga butuh musimnya untuk hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Summer Ends; Hyunho
Fiksi PenggemarHyunjin itu aneh. Kadang nyebelin, kadang ngangenin. Jametnya gak ketolongan pula, tapi Lino suka. Warning! • Prequel of "REPLAY" • Bxb *dom! Hyunjin Rank: #4 in Hyunknow Start: 10/08/24 End: - - Book 6 - ©thkiev, 2024