V : JALAN PEMULIHAN

141 71 93
                                    

Alowwww...
Kita lanjut yokk

Happy Reading 🤍🦋

Kamar berwarna cream itu tenang, hanya dihiasi suara napas teratur dua pemuda yang tertidur pulas. Pangeran dan Dimas, terlelap dalam dunia mimpi, tak menyadari bahwa pagi telah menjelang. Di pojok ruangan, Raka sudah bersiap dengan ekspresi penuh niat.

Dengan langkah penuh determinasi, Raka mendekati tempat tidur. Wajahnya menyiratkan rencana iseng yang tak terelakkan.

Raka berteriak dengan keras, "BANGUN! KEBAKARAN!" Pangeran dan Dimas langsung terlonjak dari tempat tidur, ekspresi panik dan kebingungan menguasai wajah mereka.

"APAA? KEBAKARAN?"

Dimas yang tak sengaja terjatuh dari tempat tidur, "DIMANA? DIMANA?" Raka tertawa terbahak-bahak, melihat kedua temannya panik tak karuan.

"Hahaha! Santai, santai! Nggak kebakaran kok, cuma udah pagi. Kita harus berangkat!"

"Aduh, Raka! Jantung gue hampir copot!" Pangeran mengeluh dengan ekspresi terkejut dan masih setengah sadar.

"Lo niat banget sih bikin orang panik pagi-pagi." Dimas mengucek matanya dengan gerakan pelan, seperti mencoba mengusir kepenatan tidur pagi itu. Ekspresinya terlihat sedikit kesal namun juga sedikit tersenyum menanggapi lelucon Raka.

"Itu biar kalian cepat bangun," ucap Raka sambil tersenyum genit. "Lagipula, lihatlah wajah kalian, lucu banget!" tambahnya sambil menunjuk wajah Dimas dan temannya yang masih terlihat mengantuk. Ekspresi Raka yang penuh semangat pagi membuat mereka tidak bisa menahan senyum meskipun baru saja bangun tidur.

Pangeran dan Dimas saling pandang, lalu tersenyum kecil. Walau jengkel, mereka tak bisa menahan tawa kecil melihat kelakuan Raka yang kelewat iseng.

Kamar cream itu berubah dari ketenangan menjadi kericuhan penuh tawa. Pangeran dan Dimas, yang tadinya terlelap, kini sudah benar-benar terjaga, tertawa bersama Raka yang masih terbahak.

Walau cara membangunkannya brutal, kehangatan persahabatan mereka terasa di setiap canda tawa. Mereka tahu, pagi ini akan menjadi awal yang menyenangkan untuk petualangan yang menanti.

Setelah tawa mereda, Raka melihat Pangeran yang masih mengusap-usap matanya. Mata Raka tertumbuk pada luka di dahi dan tangan Pangeran, mengingatkan pada kejadian  tadi malam.

"Eh, Prince, luka di dahi sama tanganmu gimana? Masih sakit gak? Kejadian tadi malam bener-bener bikin gue khawatir." Ucap Raka dengan nada prihatin, menunjukkan bahwa kekhawatiran sebenarnya masih membayanginya meskipun suasana sudah lebih ringan.

Pangeran menyentuh dahinya, "Udah lumayan kok, Rak. Masih sedikit perih, tapi gak separah tadi malam."

Dimas tiba-tiba merahi tangan Pangeran dan melihat luka yang tengah dibalut perban itu, "Lo beneran gak apa-apa, Prince?"

Pangeran menjawab dengan serius, "Iya, serius. Gue udah bersihin dan obatin tadi malam. Makasih ya, kalian udah mau bantuin gue," ucapnya sambil menatap Raka dan Dimas dengan penuh penghargaan atas perhatian dan bantuan mereka setelah kejadian yang membuatnya terluka.

Raka menjawab dengan penuh perhatian, "Ya iyalah, kita kan teman. Tapi beneran lain kali jangan pernah lo ulangin lagi. Kita gak mau lo kenapa-kenapa," ucapnya dengan suara yang hangat, menunjukkan bahwa kekhawatiran dan perhatian mereka terhadap Pangeran sangatlah nyata dan tulus.

Pangeran [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang