XVII : CEMAS

73 39 60
                                    

Allow semuaaa...
Kita lanjut yukk

Happy Reading 🤍🦋

Saat itu Pangeran membuka matanya perlahan-lahan, masih terasa pusing akibat dampak dari kejadian yang baru saja dialaminya.

Di antara kabut kesadarannya yang masih kabur, dia melihat bayangan seseorang yang dikenalnya dengan sangat baik. Bayangan itu, meski samar, terasa begitu akrab baginya.

Dia menatap dengan penuh harap, mencoba memfokuskan pandangannya. Mata Pangeran mulai memperjelas bayangan tersebut, dan dengan tiba-tiba, dia mengenali sosok itu.

"Mama?" desisnya pelan, suaranya terdengar lemah dan terputus-putus. Dia mencoba mengangkat sedikit kepala meski tubuhnya masih terasa berat dan lemah.

Bayangan Isabella itu bergerak mendekatinya dengan perlahan, wajahnya penuh dengan kekhawatiran dan harapan.

"Pangeran, sayangku," ucap Isabella dengan suara yang lembut namun penuh dengan kekuatan kasih ibu.

Dia menggenggam tangan Pangeran dengan lembut, mencoba memberinya rasa nyaman dan kepastian bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Pangeran merasakan sentuhan hangat dan kelembutan dari tangan Isabella. Dia menatap dengan mata yang penuh dengan perasaan campur aduk, bersyukur karena melihat ibunya di sampingnya di saat-saat yang sulit seperti ini.

"Dia sudah sadar!" seru Raka dengan lega, melihat kejadian ini dari balik pintu ruang perawatan.

Sementara itu, Pangeran dan Isabella saling bertatapan, kekuatan cinta dan dukungan saling mengalir di antara mereka di tengah-tengah ketegangan dan kekhawatiran.

Pangeran menatap Isabella dengan pandangan penuh kekhawatiran. "Ma, di mana Papa?" tanyanya dengan suara lembut, tetapi penuh dengan keingintahuan.

Isabella diam sejenak, matanya menatap Pangeran dengan penuh kasih sayang, tetapi juga dengan sedikit kesedihan. Dia merasa sulit untuk mengatakan apa yang sesungguhnya terjadi.

"Pangeran, Papamu sedang sibuk dengan pekerjaannya," jawab Isabella dengan lembut, mencoba menenangkan putranya. Tetapi Pangeran bisa merasakan ketidakhadiran yang terus menerus dari Jonathan dalam keluarga mereka.

Pangeran mengangguk mengerti, meskipun hatinya terasa berat. Dia tahu bahwa pekerjaan Jonathan sering membuatnya tidak bisa hadir dalam momen-momen penting seperti ini. 

Meskipun begitu, Pangeran tetap merasa kekosongan dan kehilangan karena kehadiran Jonathan yang tidak lengkap.

Dalam keheningan yang tercipta, Pangeran membatin di dalam hatinya. Dia bertanya-tanya mengapa Jonathan tidak bisa hadir dalam saat-saat genting seperti ini. 

Rasa ingin tahu dan kerinduan akan sosok Ayah yang lengkap dan hadir selalu menghantuinya, meskipun dia memilih untuk tidak mengekspresikannya saat ini.

****

"Gue harus pulang, gue belum belajar, besok gue ada presentasi sama Dira, dan gue juga udah janji sama dia," pinta Pangeran pada Raka dengan nada memohon. 

Raka menghela napas panjang, pandangannya beralih pada Isabella, yang sejak tadi berdiri dengan wajah khawatir.

Namun sebelum Raka sempat menjawab, Isabella melangkah masuk ke dalam ruangan dengan wajah cemas. "Kamu nggak bisa pulang sekarang, Pangeran. Kondisi kamu masih lemah setelah serangan teman mu tadi."

Pangeran mencoba bangkit dari tempat tidur, tetapi Isabella menahannya dengan lembut. "Ma, Pangeran harus belajar. Dira pasti sudah menunggu."

Isabella menggeleng pelan, "Kamu lebih penting dari presentasi itu? Istirahat dulu, biar kondisi kamu membaik."

Raka, yang sedari tadi berdiri di sudut ruangan, akhirnya angkat bicara, "Bener kata Nyokap lo. Gue sama Dimas juga nggak akan tenang kalau lo pulang sekarang dalam kondisi begini. Kita masih bisa bagi tugas untuk presentasi besok."

Pangeran menatap sahabatnya dengan mata penuh penyesalan. "Sorry, Rak, gue ngerasa nggak enak ninggalin tanggung jawab."

Dimas, yang baru saja datang ikut menimpali, "Lo nggak ninggalin tanggung jawab. Justru kita yang nggak bisa ninggalin lo sendirian."

Isabella tersenyum tipis, "Lihat, Pangeran. Sahabat-sahabatmu juga mendukung keputusan ini. Kamu istirahat dulu, ya."

Dengan berat hati, Pangeran akhirnya menyerah pada permintaan ibunya dan sahabat-sahabatnya. "Oke, Pangeran bakal istirahat dulu. Tapi besok pagi gue harus udah siap untuk presentasi."

Raka dan Dimas mengangguk setuju, "Besok kita hadapi bareng-bareng, Ran. Sekarang lo fokus buat sembuh dulu."

Isabella mengusap kepala Pangeran dengan lembut, "Itu baru anak Mama. Sekarang, tidur yang nyenyak, ya."

Pangeran akhirnya menutup mata, mencoba meredakan rasa sakit di tubuh dan kekhawatiran di hatinya, sementara Raka dan Dimas duduk di dekatnya, siap berjaga sepanjang malam jika dibutuhkan.

****

Di kamarnya, Dira menatap layar ponselnya dengan cemas. Ia baru saja mengirim pesan pada Pangeran tentang pembagian materi presentasi besok, namun tak ada jawaban sama sekali dari Pangeran.

Kekhawatiran mulai merayapi pikirannya. "Kenapa dia nggak bales? Apa mungkin dia lupa? Atau ada sesuatu yang terjadi?" gumamnya pelan.

Dira menghela napas panjang dan mencoba untuk berpikir positif. "Mungkin Pangeran lagi sibuk belajar," ia meyakinkan dirinya sendiri. Meski begitu, kekhawatiran tak bisa sepenuhnya hilang dari benaknya.

Sambil berusaha mengalihkan pikirannya, Dira memutuskan untuk melanjutkan belajar. "Oke, Dira. Fokus aja dulu ke materi. Besok harus siap presentasi," ia berbicara pada dirinya sendiri, mencoba membangkitkan semangat.

Ia membuka buku catatannya dan mulai menelaah materi presentasi dengan seksama. Namun, pikirannya terus melayang kembali ke Pangeran. "Dia pasti sibuk belajar, makanya nggak sempet bales," Dira kembali berusaha menenangkan hatinya.

Jam terus berdetak, dan Dira berulang kali memeriksa ponselnya, berharap ada balasan dari Pangeran. Namun, hingga larut malam, pesan itu tetap tidak berbalas. Dira menarik napas dalam-dalam dan mencoba menepis rasa gelisah yang semakin menguat. "Aku harus percaya sama Pangeran. Dia pasti akan menepati janjinya."

Dengan keyakinan itu, Dira melanjutkan belajarnya, berusaha mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk presentasi besok. Di benaknya, ia berharap bahwa apapun yang terjadi, Pangeran akan baik-baik saja dan bisa memenuhi janji yang telah mereka buat bersama.

Oh iya, sampe sini dulu yaww
Besok kita lanjut lagiii..

Jangan lupa buat ninggalin jejaknya, entah itu dalam bentuk vote maupun komennn..

Love U semuaa🤍🌹

#pensi #eventpensi
#pensivol12
#teorikatapublishing

Pangeran [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang