III : KEPUTUSAN

154 73 53
                                    

Alowww
Met Pagiii
Lanjut yukk

Happy Reading 🦋🤍

Suasana pagi di kamar Pangeran sangat tenang. Warna abu-abu mendominasi dekorasi minimalis di dalam kamar, dengan sinar matahari yang perlahan menyusup masuk melalui celah-celah tirai. Pangeran terbaring dengan tenang di atas tempat tidur, wajahnya terlihat rileks dalam tidurnya yang pulas dan nafasnya yang teratur.

Tiba-tiba, pintu kamar terbuka perlahan. Bi Siti masuk dengan hati-hati, menyadari bahwa Pangeran masih tertidur dengan nyenyak. Ia mendekati tempat tidur dengan langkah lembut, dan duduk di samping Pangeran. Mengamatinya sejenak dengan senyum hangat di wajahnya sebelum akhirnya menyapa dengan suara lembut.

"Bangun, Nak," ucap Bi Siti pelan, menyentuh lengan Pangeran yang tertidur.

Pangeran sedikit menggeliat dan membuka mata perlahan. Ia tersenyum lembut melihat wajah Bi Siti yang selalu penuh perhatian. "Selamat pagi, Bi. Ada apa?" tanyanya dengan suara masih terdengar sedikit ngantuk.

Bi Siti tersenyum dan menjawab dengan lembut, "Apa kabar, Nak? Sudah siap untuk sarapan?"

Pangeran menggelengkan kepala pelan. "Belum, Bi. Tapi sebentar lagi Pangeran mau ngomongin sesuatu sama Papa, Mama."

Bi Siti mengangguk paham, matanya penuh dengan kepedulian. "Mau bicara tentang rencana pindah sekolah, kan?"

Pangeran mengangguk, menghela napas dalam. "Iya, Bi. Pangeran pikir ini mungkin langkah yang terbaik buat Pangeran."

Bi Siti tersenyum hangat, mencoba memberikan semangat. "Bibi yakin mereka akan mendukungmu, Nak. Kamu harus percaya pada dirimu sendiri."

Pangeran mengangguk, merasa sedikit lega mendapat dukungan dari Bu Siti. "Terima kasih, Bi. Pangeran bakal bicara sama mereka secepatnya."

Bi Siti mengusap lembut punggung Pangeran. "Kamu pasti bisa, Nak. Ingat, apa pun yang terjadi, Bi Siti selalu ada di sini untukmu."

Pangeran tersenyum, merasa beruntung memiliki Bi Siti yang selalu setia mendukungnya. "Pangeran tahu, Bi. Terima kasih banyak."

Mereka saling tersenyum, sebelum Bi Siti kemudian bangkit dan mulai menyiapkan sarapan. Pangeran, sambil duduk di tempat tidur, memikirkan rencananya dengan hati yang penuh harapan. Dia siap untuk menghadapi orang tuanya dan meyakinkan mereka tentang pilihan hidupnya yang baru.

Pangeran duduk di tepi tempat tidur setelah Bi Siti pergi, memandang keluar jendela dengan pandangan campur aduk. Dia merenung sejenak, berbicara pada dirinya sendiri dengan suara pelan.

"Pindah sekolah itu mungkin memang yang terbaik buat Gue. Udara yang lebih segar, lingkungan yang lebih tenang..." gumamnya, mencoba merangkai kata-kata untuk pembelaan dirinya sendiri.

Namun, keraguan masih menghantuinya. "Tapi, bagaimana kalau mereka ga setuju? Bagaimana kalau mereka pikir gue lari dari masalah?" Bisik hatinya dengan perasaan cemas.

Pangeran menatap lama ke luar jendela, mencoba menemukan kekuatan dan keyakinan dalam dirinya sendiri. Dia ingin meyakinkan orang tuanya bahwa ini adalah langkah yang benar, untuk dirinya dan juga untuk kedamaian mereka sebagai keluarga.

"Dimas sama Raka udah setuju. Mereka dukung gue sepenuhnya," katanya pada dirinya sendiri dengan suara mantap. "Kita bisa membuat ini berhasil, dengan kebersamaan dan tekad yang kuat."

Pangeran [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang