Allow semuaaa...
Kita lanjut yukkHappy Reading 🤍🦋
Dira melangkah memasuki gerbang sekolah dengan semangat yang terpancar dari wajahnya. Saat matanya menyapu halaman sekolah, Dira melihat Pangeran, Dimas, dan Raka yang sedang berjalan bersama menuju kelas mereka. Seperti biasa, mereka tampak penuh percaya diri dan dikelilingi oleh aura yang membuat banyak orang memperhatikan.
Dira memberanikan diri untuk memanggil salah satu dari mereka. "Pangeran!" teriaknya dengan suara riang, berharap bisa menarik perhatian.
Namun, seperti yang sudah-sudah, Pangeran tetap melangkah tanpa mengalihkan pandangannya. Dia seakan tidak mendengar panggilan Dira, membuat suasana menjadi sedikit canggung.
Merasa agak terabaikan, Dira berjalan mendekat, berusaha untuk tidak menunjukkan rasa canggungnya.
Dimas, yang menyadari kehadiran Dira, tersenyum kecil dan menyapanya. "Hei, Dira! Apa kabar?"
"Baik," jawab Dira sambil memaksakan senyum. "Kalian ke kelas?"
Raka mengangguk. "Iya, mau ikut?" Dira mengangguk, merasa lebih nyaman karena sapaan ramah dari Dimas dan Raka. Namun, matanya masih mencuri pandang ke arah Pangeran yang tetap diam dan serius.
"Pangeran, ada yang mau aku bicarakan sama kamu nanti," kata Dira, memberanikan diri untuk mencoba lagi.
Pangeran berhenti sejenak, lalu menoleh dengan ekspresi datar. "Nanti aja. Sekarang gue harus ke kelas."
Dira hanya bisa mengangguk pelan, sedikit kecewa tapi berusaha untuk memahami. "Oke, nanti aku tunggu." Saat mereka melanjutkan langkah menuju kelas, Dira berusaha menenangkan hatinya.
Dia tahu Pangeran bukan tipe yang mudah terbuka, tapi dia yakin, suatu hari nanti, mereka bisa berbicara lebih akrab.
Setelah tiba di depan kelas, Raka dan Dimas melambaikan tangan kepada Pangeran dan Dira sebelum berbelok menuju kelas mereka sendiri. Pangeran dan Dira kemudian melangkah memasuki kelas mereka. Suasana kelas masih sepi, hanya ada beberapa siswa yang sudah datang lebih awal.
Begitu mereka duduk di kursi masing-masing, Pangeran menoleh ke arah Dira. "Apa yang tadi mau lo bicarakan sama gue?" tanyanya dengan nada datar.
Dira menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Kita satu kelompok untuk proyek sejarah, Pangeran. Aku ingin tahu kapan kita bisa mulai mengerjakannya."
Pangeran mengangguk tanpa ekspresi. "Kapan saja lo mau, tinggal bilang."
Jawaban yang cuek itu membuat Dira merasa agak frustasi. Namun, sebelum ia sempat berkata lebih lanjut, sebuah suara berat terdengar dari arah belakang kelas.
Kiver, ketua geng Shadow Serpents, duduk di pojok ruangan, mendengarkan percakapan mereka dengan wajah yang mulai memerah karena marah.
"Apa gue yang dengar benar, Pangeran?" Kiver menyeringai sinis. "Lo sama Dira satu kelompok?"
Pangeran menoleh dengan tenang, tapi sorot matanya tajam. "Emangnya kenapa?"
Kiver bangkit dari kursinya dan berjalan mendekat. "Jangan pikir lo bisa seenaknya ngehindar dari kita. Lo tetap harus tahu tempa."
Dira merasa ketegangan di antara mereka semakin memuncak. "Kiver, ini cuma proyek sekolah. Bukan urusan kamu juga," katanya mencoba meredakan suasana.
Kiver menatap Dira dengan mata menyala-nyala. "Dira, jangan ikut campur. Ini urusan antara gue sama Pangeran."
Pangeran berdiri dan melangkah mendekati Kiver, tidak sedikit pun menunjukkan rasa takut. "Kiver, gue bakal urus proyek ini sama Dira. Kalau ada masalah, kita bisa selesaikan nanti. Sekarang, minggir!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran [Terbit]
Genel KurguPangeran, seorang lelaki yang dingin dan misterius dengan tatapan mata yang tajam, ia baru saja pindah ke sekolah baru. Penampilannya yang karismatik segera menarik perhatian semua orang, terutama dari sebuah geng nakal yang bernama Shadow Serpents...