Allow semuaaa...
Kita lanjut yukkHappy Reading 🤍🦋
"Pangeran, Mama pulang dulu ya, kamu jaga diri baik-baik," kata Isabella sambil mengecup kening pangeran dengan hati-hati.
"Iya, Ma," jawab Pangeran singkat, suaranya bergetar sedikit.
Isabella berbalik menuju mobilnya, tapi tiba-tiba Pangeran memanggilnya lagi. "Ma, Pangeran kangen banget sama Papa." Isabella menghentikan langkahnya, dan langsung berbalik menghadapi pangeran. Ia bisa melihat luka yang dalam di hati anaknya.
"Apa pernah Papa menanyakan keadaan Pangeran, Ma?" tanya pangeran dengan suara bergetar, penuh harapan yang rapuh.
Isabella terdiam sejenak, mencari kata-kata yang tepat. Dengan lembut, ia mendekati pangeran, mengusap luka di wajahnya dengan jari-jarinya yang lembut. "Papamu... Papamu sama sekali tidak menanyakanmu, Sayang," jawabnya dengan suara penuh kelembutan, namun ada kesedihan yang tak tersembunyikan.
Pangeran menunduk, hatinya terasa remuk. "Kenapa, Ma? Apa Pangeran udah ga berarti buat Papa?"
Isabella memeluknya erat. "Tidak, Sayang. Kamu sangat berharga. Papamu... dia hanya terjebak dalam dunianya sendiri. Tapi kamu selalu punya Mama di sini, selalu."
Pangeran masih terisak dalam pelukan Isabella, mencoba memahami situasi yang semakin kompleks di kepalanya.
"Ma, tapi Mama udah gak pernah berantem kan sejak Pangeran pergi?" tanyanya, mengerutkan keningnya dengan penuh kekhawatiran.
Isabella menggeleng perlahan, menatap anaknya dengan penuh kasih sayang. "Tidak, Sayang. Mama sudah ga pernah berantem lagi," jawabnya lembut, berusaha menenangkan hati Pangeran yang gundah.
Pangeran menghela napas lega meskipun hatinya masih terasa berat. "Pangeran cuma pengen Mama sama Papa bahagia," ucapnya lirih.
Isabella tersenyum tipis, mengusap rambut Pangeran dengan penuh kasih. "Mama bahagia kalau kamu juga bahagia, Pangeran. Kita akan melalui ini bersama, ya?"
Pangeran mengangguk pelan, merasa sedikit lebih tenang dalam pelukan ibunya. Meski banyak pertanyaan dan kerinduan yang belum terjawab, kehangatan cinta Isabella memberinya kekuatan untuk terus melangkah.
****
"Pangeran... Pangeran, ini Dira, kamu di mana?" panggil Dira sambil mengetuk pintu dengan semangat. Di tangannya ada beberapa bingkisan yang diberikan oleh ibunya.
Tak lama kemudian, Dimas membukakan pintu dan tersenyum ramah. "Masuk aja, Dir. Pangeran di kamar, gue panggilin dulu," ucapnya sambil mempersilakan Dira masuk.
Dira melangkah masuk, merasa sedikit gugup tetapi senang bisa mengunjunginya. Ia menunggu di ruang tamu sementara Dimas naik ke lantai atas untuk memanggil Pangeran.
"Dira! Kamu datang," sapa Pangeran dengan senyum lebar, berjalan mendekati Dira.
Dira tersenyum lebar, mengangkat bingkisan yang dibawanya. "Hai, Pangeran! Ini ada beberapa bingkisan dari Bunda. Bunda titip salam buat kamu, katanya semoga cepat sembuh."
Pangeran menerima bingkisan tersebut dengan senang hati. "Terima kasih, Dira. Ayo, duduk dulu. Bagaimana kabar Bunda?" tanyanya sambil mengajak Dira duduk di ruang tamu.
Dira mengangguk sambil duduk. "Bunda baik, Bunda sering menanyakan kamu. Dia tahu kamu butuh dukungan."
Pangeran menghela napas, merasa terharu dengan perhatian dari keluarga Dira. "Sampaikan terima kasih banyak untuk Bunda, ya. Kehadiran kalian sangat berarti buat gue," katanya dengan tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pangeran [Terbit]
Ficção GeralPangeran, seorang lelaki yang dingin dan misterius dengan tatapan mata yang tajam, ia baru saja pindah ke sekolah baru. Penampilannya yang karismatik segera menarik perhatian semua orang, terutama dari sebuah geng nakal yang bernama Shadow Serpents...